Ia menekankan pentingnya memastikan kredibilitas sumber informasi guna menghindari paparan hoax. “Karena penting bagi kita untuk memastikan kredibilitas sumber informasi untuk menghindari paparan hoax,” kata wartawan VOI ini.
Ary juga memberikan petunjuk mengenali hoax, seperti asal sumber yang mencurigakan. Ia menyoroti ciri-ciri berita bohong, termasuk judul yang provokatif dan hiperbolik.
Dudi Hartono menyoroti faktor biologis manusia sebagai faktor utama dalam penyebaran hoaks di masyarakat, mengutip penjelasan pakar neurosains, Sam Harris. “Ada bias kognisi dan konfirmasi dalam otak manusia,” kata Dudi.
Kedua pembicara sepakat bahwa peningkatan literasi digital menjadi kunci untuk mengantisipasi penyebaran berita palsu.
Baca Juga: Ndaru Habib Luthfi Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran, TKN: Jadi Tambahan Energi Pemenangan
Ary menyarankan melakukan cek fakta (fact checking), sementara Dudi merekomendasikan pendekatan skeptisisme dan penundaan penyebaran informasi.
Di tempat terpisah Iqbal Irsyad, Ketua Satgas Anti Hoax PWI Pusat, menegaskan bahwa seminar semacam ini merupakan bagian dari program satgas untuk tindakan preemptif dan preventif kepada masyarakat, selain tindakan korektif melalui pemantauan dan klarifikasi informasi.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: jakarta.suaramerdeka.com
Artikel Terkait
Mulai 1 Februari 2025, Elpiji 3 kg Tak Lagi Dijual di Pengecer
Peringatan BMKG: Gempa Megathrust Mentawai-Siberut Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8.9
Prihatin Soal Konflik PKB vs PBNU, Komunitas Ulama dan Nahdliyin Keluarkan 9 Rekomendasi
Cabut Pasal Penyediaan Alat Kontrasepsi, DPR: Jangan Buka Ruang Generasi Muda untuk Berzina!