Guru Madrasah di Demak yang Didenda Digaji Rp 100 Ribu per Bulan, Tangis Gus Miftah Pecah

- Minggu, 20 Juli 2025 | 06:30 WIB
Guru Madrasah di Demak yang Didenda Digaji Rp 100 Ribu per Bulan, Tangis Gus Miftah Pecah


Sebuah pertemuan di Demak berubah menjadi lautan haru ketika pendakwah Gus Miftah, tak kuasa menahan air matanya.

Momen itu bukanlah terjadi di atas panggung dakwah, melainkan di sebuah rumah sederhana milik Ahmad Zuhdi, seorang guru ngaji sekaligus madrasah yang viral.

Tangis Gus Miftah pecah, bukan karena denda puluhan juta yang menimpa sang guru, melainkan saat ia mendengar sebuah fakta menyayat hati tentang penghasilan bulanan sang pahlawan tanpa tanda jasa itu.

Kisah ini pertama kali menarik perhatian publik ketika video insiden di Madrasah Diniyah (Madin) Roudhotul Mualimin, Desa Cangkring B, menjadi viral.

Ahmad Zuhdi, sang guru, secara spontan menampar muridnya sebagai refleks setelah kepalanya dilempar sandal saat mengajar.

Namun, respons spontan itu membawanya ke jurang masalah. Ia harus berhadapan dengan laporan dari keluarga siswa dan terancam membayar denda sebesar Rp25 juta.

Kabar ini sampai ke telinga Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah, yang langsung tergerak untuk turun tangan.

Pada Sabtu (19/7/2025), ia mendatangi kediaman Guru Zuhdi. Awalnya, pertemuan itu berjalan penuh simpati namun tegar. Gus Miftah dengan sigap menyelesaikan masalah utama.

"Uang yang kemarin dikeluarkan untuk nebus, untuk bayar uang pelaporan, semuanya saya ganti," kata Gus Miftah, langsung melunasi beban denda Rp 25 juta yang kemudian diketahui telah dinegosiasikan menjadi Rp 12,5 juta.

Tak hanya itu, Gus Miftah juga menghadiahi sebuah sepeda motor baru setelah mendengar Zuhdi harus menempuh jarak 8 kilometer setiap hari untuk mengajar.

Puncaknya, ia menawarkan paket umrah untuk Zuhdi dan istrinya sebagai hadiah atas kesabaran mereka.

Namun, suasana seketika berubah saat perbincangan beralih ke topik kesehjahteraan.

Gus Miftah bertanya tentang upah yang diterima Ahmad Zuhdi atas pengabdiannya.

Jawaban yang didengarnya seolah menjadi tamparan keras yang membuatnya terdiam. Terungkap bahwa Guru Zuhdi hanya menerima upah sebesar Rp 450.000 untuk empat bulan mengajar.


Gus Miftah Bantu guru Madrasah di Demak (Instagram)

Itu berarti, penghasilan sang guru per bulan sekitar Rp100 ribu. 

Di sinilah pertahanan Gus Miftah runtuh. Suaranya mulai bergetar hebat, matanya berkaca-kaca, dan tangisnya pun pecah.

Ia tak sanggup membayangkan bagaimana seorang pendidik yang tulus harus berjuang hidup dengan pendapatan yang begitu minim, namun tetap menghadapi tuntutan seberat itu.

"Tadi Pak Lurah bilang, Rp 450.000 itu untuk empat bulan... Berarti satu bulan itu hanya Rp 110.000," ujar Gus Miftah dengan suara terbata-bata menahan isak tangisnya.

Di tengah keharuan itu, ia mengungkapkan alasan mengapa hatinya begitu tersentuh.

"Saya silaturahmi tidak ada kepentingan apa pun," lanjutnya. 

"Karena saya merasa, bapak saya juga guru Diniyah," terang Gus Miftah yang mengungkap pekerjaan orangtunya.

Pengakuan personal itu membuat suasana semakin emosional. Pertemuan tersebut menjadi cermin pahit dari realitas nasib banyak guru ngaji di pelosok negeri.


Gus Miftah Bantu guru Madrasah di Demak (Instagram)

Aksi heroik dan tangis tulus Gus Miftah untuk Guru Zuhdi di Demak ini menjadi pengingat bagi seluruh bangsa tentang betapa mendesaknya perhatian dan penghargaan yang layak bagi para pendidik yang mengabdi dalam diam.

Sumber: suara
Foto: Gus Miftah Bantu guru Madrasah di Demak (Instagram)

Komentar