Pengamat politik Muslim Arbi melontarkan tuduhan keras terhadap kelompok Pejuang Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS), yang menurutnya merupakan entitas bayangan yang difasilitasi oleh jaringan intelijen hitam dan dipelihara secara sistematis untuk menciptakan instabilitas sosial-politik di tengah masyarakat. Lebih jauh, ia menduga keberadaan kelompok ini diskenariokan untuk mengalihkan perhatian publik dari isu serius seperti keabsahan ijazah mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“PWI-LS ini bukan kelompok spontan masyarakat. Mereka difasilitasi oleh intelijen hitam dan punya agenda tertentu. Mereka sengaja dipelihara agar selalu muncul ketika ada isu sensitif, seperti sekarang soal dugaan ijazah palsu Jokowi,” kata Muslim Arbi kepada wartawan, Kamis (24/7).
Muslim menambahkan, pola gerakan PWI-LS mirip dengan operasi intelijen zaman Orde Baru, di mana dibentuk kelompok tertentu untuk menciptakan kesan adanya ancaman atau gangguan radikal, lalu digunakan untuk membenarkan tindakan represif atau pengalihan opini publik.
“Mereka ini bagian dari proxy war internal. Misinya adalah menciptakan konflik horizontal, terutama dengan komunitas habaib dan keturunan Arab, agar energi umat habis untuk konflik, bukan untuk menggugat kekuasaan yang bermasalah,” tegasnya.
Lebih menghebohkan lagi, Muslim Arbi mengungkap bahwa kelompok ini memiliki penasihat seorang jenderal purnawirawan yang pernah berseteru terbuka dengan Habib Rizieq Syihab. Sosok ini dikenal publik sebagai “jenderal baliho” lantaran manuver-manuvernya yang frontal terhadap simbol-simbol ulama dan sempat viral saat membongkar baliho Habib Rizieq beberapa tahun silam.
“Sekarang dia masuk ke dalam pemerintahan Prabowo. Tapi dia juga bagian dari lingkaran ‘Geng Solo’. Ini artinya, aktor-aktor lama di balik konflik dengan ulama, sekarang kembali aktif dan memiliki akses kekuasaan,” ujar Muslim.
Muslim mengaitkan hal ini dengan skenario jangka panjang yang bertujuan mensterilkan ruang publik dari tokoh-tokoh Islam karismatik yang bisa menjadi simbol perlawanan terhadap oligarki kekuasaan. Ia menyebut pola ini mirip dengan tindakan PKI sebelum 1965.
“Apa yang dilakukan PWI-LS dengan mendatangi dan membubarkan pengajian, itu mirip sekali dengan pola PKI. Cuci otak terhadap masyarakat tidak terdidik, propaganda anti habaib, dan aksi-aksi teror terhadap kegiatan keagamaan. Mereka mencoba menggiring opini bahwa habaib adalah ancaman,” jelasnya.
Muslim Arbi mengimbau masyarakat untuk lebih kritis dan tidak mudah terprovokasi oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam namun bertindak represif terhadap dakwah. Ia juga meminta pemerintah dan aparat penegak hukum untuk tidak membiarkan PWI-LS bertindak seenaknya.
“Saya khawatir, jika dibiarkan, kelompok ini akan jadi alat pemecah belah umat. Justru pemerintah harus segera mengevaluasi peran dan aktivitas mereka. Jangan sampai negara ini kembali terseret ke era konflik horizontal hanya karena permainan intelijen hitam dan politik kekuasaan,” tutupnya.
Sumber: suaranasional
Foto: Muslim Arbi (IST)
Artikel Terkait
Novel Baswedan Sebut Kasus Hasto Jelas Suap, Sementara Tom Lembong Tak Punya Niat Jahat
Viral Gadis di NTT Curhat Dihina Gurunya usai Lolos Kuliah di UI: Miskin Banyak Gaya!
Rp 11,30 Triliun Dana Asing Kabur dari Indonesia Pekan Ini
Momen Kikuk Jokowi: Ngaku Jenguk Saudara, Dikeplak Iriana: Mau Reuni UGM!