Tolak Permintaan Negara Arab, Hamas Ogah Lucuti Senjata Sampai Palestina Merdeka

- Minggu, 03 Agustus 2025 | 09:40 WIB
Tolak Permintaan Negara Arab, Hamas Ogah Lucuti Senjata Sampai Palestina Merdeka


NARASIBARU.COM - 
Hamas menegaskan tidak akan meletakkan senjata kecuali negara Palestina merdeka didirikan. Pernyataan itu menepis tuntutan sejumlah negara Arab dan Barat yang ingin Hamas melucuti senjata.  

"Perlawanan bersenjata kami akan berhenti kecuali melalui pemulihan penuh hak-hak nasional kami, terutama adalah pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya," ujar Hamas lewat pernyataannya. 

Negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata 60 hari dalam perang Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera berakhir pekan lalu dengan jalan buntu.

Pada Selasa, Qatar dan Mesir, yang memediasi upaya gencatan senjata, mendukung deklarasi Prancis dan Arab Saudi yang menguraikan langkah-langkah menuju solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.

Mereka menyatakan bahwa, sebagai bagian dari jalan damai ini, Hamas harus menyerahkan senjatanya kepada Otoritas Palestina yang didukung Barat.

Dalam pernyataannya, Hamas, yang telah mendominasi Gaza sejak 2007 tetapi telah digempur secara militer oleh Israel dalam perang tersebut, mengatakan bahwa mereka tidak dapat melepaskan haknya untuk melakukan perlawanan bersenjata. 

Mereka tak akan menyerah kecuali negara Palestina merdeka dan berdaulat penuh dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya didirikan.

Israel menganggap perlucutan senjata Hamas sebagai syarat utama bagi kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik, tetapi Hamas telah berulang kali menyatakan tidak bersedia meletakkan persenjataannya.

Bulan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan negara Palestina merdeka di masa depan berdiri untuk menghancurkan Israel. Oleh karena itu, kendali keamanan atas wilayah Palestina harus tetap berada di tangan Israel.

Ia juga mengkritik beberapa negara, termasuk Inggris dan Kanada, karena mengumumkan rencana untuk mengakui negara Palestina sebagai tanggapan atas kehancuran Gaza akibat serangan dan blokade Israel. Zionis mengeklaim kehancuran itu sebagai balasan atas tindakan Hamas.

Perang dimulai ketika pejuang Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Serangan militer Israel berikutnya di Gaza telah mengubah sebagian besar wilayah kantong itu menjadi gurun pasir, menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina, dan memicu bencana kemanusiaan.

Israel dan Hamas saling menyalahkan setelah putaran perundingan terakhir berakhir dengan kebuntuan. 

Sumber: republika

Komentar