Warna Simbol Perlawanan, Ini Warna yang Dipakai CIA untuk Gulingkan Sejumlah Pemerintahan

- Kamis, 11 September 2025 | 01:05 WIB
Warna Simbol Perlawanan, Ini Warna yang Dipakai CIA untuk Gulingkan Sejumlah Pemerintahan


NARASIBARU.COM
- Belakangan ini publik banyak menggunakan foto profil media sosialnya dengan filter warna pink, hijau, dan biru sebagai gerakan "17 8 Tuntutan Rakyat".
 
Peneliti dan pengamat terorisme, Ulta Levenia Nababan, dilansir dari sinear Deddy Corbuzier di Jakarta, Rabu, 10 September 2025, mengatakan, warna ini sebagai simbol. 
 
"Ya, sebenarnya enggak harus [selalu menggunakan] warna," katanya disinggung soal CIA menggunakan parade warna untuk percobaan penggulingan atau penggulingan satu pemerintahan yang sah dengan istilah The CIA's "Color Revolution" Hit Parade. 

Beberapa penggunaan warna untuk percobaan penggulingan atau penggulingan sejumlah pemerintahan yang sah yang digunakan CIA, di antaranya Roses Revolution di Georgia tahun 2003 dan Orange Revolution di Ukraina tahun 2004.
 
Selanjutnya, Tulip Revolution di Kyrgyzstan, Orange Storm di Azerbeijan, dan Cedar Revolution di Lebanon pada tahun 2005.
 
Kemudian Green Revolution di Iran dan Grape Revolution di Moldova tahun 2009 serta Lotus Revolution di Mesir tahun 2011.
 
Ulta mengatakan, penggunaan warna ini merupakan simbol untuk mempersatukan semua elemen yang mempunyai berbagai kekesalan yang terpendam.
 
"Mereka akan membuat simbol untuk mempersatukan semua yang mempunyai grievance," ucapnya. 
 
Ia lantas menyampaikan teori dari Ted Robert Gurr dalam bukunya "Why Men Rebel" atau Kenapa Orang Memberontak. Ted Gurr bilang, itu terjadi karena adanya relative deprivation.
 
"Relative deprivation itu adalah ketika lo merasa bahwa lo itu tidak puas dan lo itu merasa miskin. Tapi sebenarnya lo enggak miskin," ujarnya.
 
Orang itu dibuat merasa miskin meskipun berkecukupan. Menurut Ulta, ini yang memicu publik marah ketika anggota DPR melakukan flexing dan joget-joget ketika mendapat kenaikan tunjangan.

Ulah tersebut membuat rakyat murka, meskipun mungkin 
masyarakat miskin banget dan sedang susah ini tidak terlalu banyak, misalnya.
 
"Tapi dengan adanya gap [pendatan yang sangat curam] ini, gap yang tinggi sekali dan dipertontonkan, di situ ada muncul relative deprivation itu," katanya.
 
Menurut Ulta, itu bisa jadi dimanfaatkan intelijen asing untuk menyulut relative deprivation. "Nah, inilah kesalahannya [oknum anggota DPR]," katanya.***

Sumber: konteks

Komentar