'Prabowo Mulai Reshuffle, Gibran Mulai Blusukan'
Oleh: Erizal
Meski IHSG anjlok, tapi pergantian Sri Mulyani ini baik bagi Indonesia ke depan.
Termasuk, pergantian Budi Gunawan, Budi Arie Setiadi, Dito Ariotedjo, dan Abdul Kadir Karding, yang baru-baru ini tertangkap kamera asyik sedang main domino dengan sosok yang pernah berperkara soal pembalakan liar.
Kecuali Abdul Kadir Karding, keempatnya sudah menjadi buah bibir publik saking seringnya dibicarakan bakal direshuffle.
Abdul Kadir Karding sekali muncul langsung dicopot. Prestasi tak terlihat, malah muncul tak terkait pekerjaannya.
Abdul Kadir Karding sempat pula pasang badan untuk Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, yang juga ikut main domino dengan sosok yang pernah berperkara soal pembalakan liar itu.
Raja Juli Antoni memang lebih disorot publik, karena dia adalah Menteri Kehutanan.
Menteri Kehutanan bisa santai satu meja dengan pembalak liar, penjahat hutan, seperti persekongkolan yang tak lagi malu-malu.
Sementara Abdul Kadir Karding Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Jadi seperti tak terkait dan aman. Justru dialah yang lebih dulu dicopot, sementara Raja Juli Antoni untuk sementara aman.
Pesan dari pencopotan Abdul Kadir Karding ini adalah kalau nasib kita saja belum jelas, jangan sok-sok pula mengurus nasib orang lain. Apalagi dalam situasi yang tak menentu seperti saat ini.
Presiden Prabowo bekerja benar saja, habis dikritik kanan-kiri, muka-belakang, dan atas-bawah. Apalagi bekerja tak benar dan memelihara ketidakbenaran yang tak bisa ditolong.
Raja Juli Antoni punya backing yang sangat kuat, sementara Abdul Kadir Karding tak jelas. Tanpa dibela Karding pun, Raja Juli akan aman. Mustahil Presiden Prabowo mencopot Raja Juli bersamaan dengan Budi Arie Setiadi.
Nanti dibilang pula, “Pembersihan Geng Solo”. Pencopotan Budi Arie saja Prabowo sudah dibilang arogan oleh para relawan.
Sri Mulyani memang sudah waktunya untuk diganti. Sudah terlalu lama juga. Sejak era SBY, sampai saat ini, seperti tak ada jeda.
Beliau sendiri mungkin juga sudah capek. Butuh istirahat total. Apalagi menjadi target pula penjarahan pihak yang tak bertanggung jawab, kemarin.
Aneh juga, kenapa rumah Sri Mulyani menjadi target di antara banyak pejabat, yang terang-terang bermasalah?
Sri Mulyani bersedia bergabung dengan Kabinet Prabowo saja, itu banyak sekali pujian, meski banyak juga ccacian
Kematangan Sri Mulyani dan Prabowo teruji. Keduanya berhasil meletakkan persoalan negara-bangsa di atas persoalan pribadi.
Prabowo paling tak ingin gaduh dan gejolak sejak awal. Ia ingin merangkul semua.
Mensesneg Prasetyo Hadi tak bisa menjawab, apakah Sri Mulyani mundur atau dicopot? Faktanya dia sudah diganti.
Presiden terus melakukan evaluasi setiap saat, kilah Prasetyo Hadi sambil tersenyum.
Meskipun menteri di era Jokowi, Sri Mulyani tak bisa dikatakan sebagai orangnya Jokowi.
Leberan kemarin, Sri Mulyani salah satu menteri yang datang ke rumah Megawati dan datang juga ke rumah Jokowi di Solo.
Sri Mulyani tak berkomentar seperti yang lainnya, bahwa Jokowi adalah mantan bosnya, apalagi masih bosnya.
Hubungan Sri Mulyani dan Prabowo juga terlihat akrab, meski disebut-sebut berbeda jauh haluan ekonomi.
Sadar sekali bahwa Sri Mulyani tak akan bertahan lama, Presiden Prabowo menyiapkan tiga tonggak penyangga, tiga Wamen mumpuni, agar kalau nanti Sri Mulyani mundur atau diganti situasi ekonomi tak terlalu berdampak.
Ini saja IHSG langsung anjlok merespon pergantian Sri Mulyani. Sri Mulyani seperti tak tergantikan.
Ada semacam adagium, siapa pun presidennya, menteri keuangannya harus Sri Mulyani. Itu juga tak bagus.
Padahal kreativitas Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan terlihat sudah mulai menurun. Ibarat tebu manisnya sudah ke ujung.
Sri Mulyani sendiri yang mengakui bahwa situasi ekonomi saat ini tak ada lagi dalam teori ekonomi yang dipelajari selama ini.
Budi Gunawan terlihat gagal mengatasi demo yang berakhir rusuh kemarin. Jadi wajar saja diganti.
Batang hidungnya saja tak tampak. Ia seperti hilang entah ke mana. Kabarnya sakit, tapi entahlah.
Sebagai mantan Kepala BIN, pasti ia tahu apa yang sedang terjadi. Kelompok mana saja yang sedang bermain.
Oknumnya mungkin itu ke itu saja. Jangankan situasi demo yang berakhir rusuh kemarin, situasi tenang saja bisa sesama aparat saling intai. Berebut lahan.
Kemarin situasi bisa sangat buruk, kalau sejak awal tak ada pembenahan TNI yang dilakukan oleh Presiden Prabowo.
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin langsung ambil alih situasi. Darurat militer hembusan rumor dari orang yang tak mengerti sejarah.
Reformasi 98 saja darurat militer tak berlaku, apalagi saat ini. Rumor itu memang harus diusut tuntas.
Kalau Budi Arie Setiadi dan Dito Ariotedjo seharusnya sudah diganti sejak awal.
Aroma korupsinya terlalu menyengat, meski belum berstatus apa-apa. Budi Arie dalam kasus judol, dan Dito dalam kasus BTS.
Dengan santai, Dito mengembalikan uang sebanyak 27 miliar terkait kasus BTS tanpa diusut apa-apa. Melenggang.
Uang titipan sebanyak itu. Bisa hukum berjalan seperti itu di era Jokowi. Agak mengherankan memang.
Tapi karena kebaikan Presiden Prabowo dan tak ingin terlihat gaduh, keduanya masih diberikan kesempatan. Kesempatan itu yang saat ini sudah berakhir. Memang sudah waktunya.
Tak sedikit yang menduga bahwa reshuffle tahap dua akan segera dilakukan Presiden Prabowo, sementara itu Gibran sudah mulai keliling kampung, blusukan, menjemput takdirnya pada tahun 2029.
Politisi memang tak ada matinya, apalagi politisi muda. ***
Artikel Terkait
Kecam Serangan Israel, Pemimpin Arab-Muslim Gelar KTT Darurat di Qatar
Jebakan Politik: Jokowi Plonga-Plongo Jangan Sampai Terulang Pada Gibran!
HEBOH Rudal Terbang di Langit Madinah Arab Saudi, Ledakan Terdengar!
Kontroversial! Ini Isi Pidato Remaja Nepal Yang Sulut Amarah Gen Z Hingga Turun ke Jalan