NARASIBARU.COM - Di tengah pesatnya perkembangan digitalisasi dan kecerdasan buatan, Swedia dan Jerman memilih untuk 'melambat' dan kembali ke metode pembelajaran analog. Keputusan ini didasarkan pada penelitian dan observasi yang menunjukkan bahwa metode konvensional lebih efektif dalam membentuk kemampuan literasi dan analitis. Bagaimana Indonesia, yang masih berjuang dengan akses dan kualitas pendidikan digital, bisa memetik pelajaran dari ini?
Menurut Kepala bidang litbang pendidikan di Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Feriyansyah, Indonesia masih berada dalam tahap awal digitalisasi pendidikan.
"Kita belum melakukan percepatan digital seperti Swedia atau Jerman. Di sisi lain, mereka justru memilih kembali ke metode analog," ujar Feriyansyah saat dihubungi inilah.com, Senin (18/9/2023).
Dia juga menegaskan bahwa paradigma digital bukan hanya tentang penguasaan konten.
"Yang terjadi di Indonesia, digitalisasi seringkali hanya dimanfaatkan untuk penguasaan konten. Paradigma belajar kita tidak berubah, hanya difasilitasi oleh teknologi," katanya.
Artikel Terkait
Menkeu Purbaya: APBN Bertujuan Membuat Seluruh Rakyat Kaya, Mari Kita Kaya Bersama!
Viral 2 Jam Terjebak Macet Parah Jakarta, Turis Korea Ngamuk Sampai Kencing dalam Botol
Hamish Daud Liburan Bareng Sasha Sabrina Alatas ke Bangkok? Dugaan Perselingkuhan Suami Raisa Terkuak
Pengakuan Alumni Seangkatan Gibran: UTS Insearch Cuma Kursus Bahasa Inggris, Bukan Setara SMA