Pemilu Bolivia tahun 2019 diwarnai dengan kontroversi dan akhirnya berujung pada pembatalan hasil karena kecurangan yang meluas.
Evo Morales, presiden Bolivia saat itu, mencalonkan diri untuk masa jabatan keempatnya. Hasil penghitungan awal menunjukkan bahwa dia telah memenangkan pemilihan dengan suara mayoritas, menghindari putaran kedua.
Namun, segera setelah hasil diumumkan, tuduhan kecurangan mulai bermunculan. Kelompok oposisi dan pengamat internasional mencatat berbagai kejanggalan dalam proses penghitungan suara, termasuk penghentian transmisi data penghitungan yang tiba-tiba dan manipulasi data dan formulir C1.
Tuduhan kecurangan memicu protes besar-besaran di seluruh Bolivia. Demonstrasi diwarnai dengan kerusuhan dan bentrokan antara pendukung Morales dan oposisi.
Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) melakukan audit atas hasil pemilu. Laporan OAS menemukan bukti manipulasi yang jelas dan pelanggaran serius dalam proses pemilu.
Di tengah tekanan dari rakyat dan komunitas internasional, Morales akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya pada 10 November 2019. Dia kemudian melarikan diri ke Meksiko.
Pemerintah interim Bolivia mengadakan pemilu baru pada tahun 2020. Luis Arce, kandidat dari partai MAS yang didirikan Morales, memenangkan pemilu.
4. Pemilu Ukraina 2004
Pemilu Ukraina tahun 2004 menjadi salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah negara tersebut.
Kemenangan kandidat pro-Rusia, Viktor Yanukovych, dalam putaran kedua diwarnai dengan tuduhan kecurangan yang meluas, memicu protes besar-besaran dan gerakan yang dikenal sebagai Revolusi Oranye.
Pada putaran pertama 31 Oktober 2004, Viktor Yanukovych dan Viktor Yushchenko (kandidat presiden pro-Barat) memimpin perolehan suara.
Pada putaran 21 November 2004, Yanukovych dinyatakan sebagai pemenang dengan selisih tipis.
Pengamat internasional menemukan bukti kecurangan yang signifikan, termasuk manipulasi suara, penyuapan pemilih, dan intimidasi.
Hal itu memicu massa turun ke jalan, menuntut pembatalan hasil pemilu dan pemilihan ulang yang adil.
Gerakan ini dikenal sebagai Revolusi Oranye karena warna bendera yang diusung oleh para demonstran.
Mahkamah Agung Ukraina membatalkan hasil putaran kedua dan memerintahkan pemilihan ulang.
Pemilu ulang digelar pada 26 Desember 2004. Viktor Yushchenko memenangkan pemilihan ulang dan menjadi presiden Ukraina.
Sumber: sindo
Artikel Terkait
Viral Penampakan Masjid Jokowi di Abu Dhabi, Reaksi Netizen Bikin Ngakak
Prabowo Akan Bayar Utang Whoosh Pakai Uang Negara yang Dikembalikan Koruptor
Aplikasi Maxim: Solusi Praktis untuk Perjalanan dan Penghasilan Tambahan di Indonesia
AHY Pastikan APBN Bakal Ikut Menanggung Utang Whoosh