Heboh Umat Islam di Kota Monfalcone Italia Dilarang Salat, Perjuangan Hindari Diskriminasi Aturan Pembatasan Ibadah

- Senin, 06 Mei 2024 | 21:00 WIB
Heboh Umat Islam di Kota Monfalcone Italia Dilarang Salat, Perjuangan Hindari Diskriminasi Aturan Pembatasan Ibadah

Matteo Salvini salah satu sosok bagian di partai paling sayap kanan di Italia atau dari pemerintahan koalisi Perdana Menteri, Giorgia Meloni. 


Keberadaan liga tersebut telah menghalangi umat Islam dalam pembukaan masjid di wilayah Italia Utara. Ini akan menjadi pemicu masalah nasional di negara tersebut karena mayoritas penduduknya dari Agama Katolik. 


Selvini mengakui pemungutan suara yang dilakukan pada Juni dengan memanfaatkan 160.000 imigran ilegal dengan perahu mereka ke Italia jadi pemicu pihaknya sebagai pemenang suara. 


Namun, umat Islam di Kota Monfalcone mengaku tidak cocok terhadap stereotip dari Liga tersebut dengan pernyataan "apakah Eropa akan tetap ada atau akan menjadi koloni Sino-Islam". 


Lantaran mereka telah meresmikan statusnya dari izin kerja atau paspor selama berada di wilayah Kota Monfalcone, Italia. "Kami datang ke sini bukan untuk melihat indahnya Kota Monfalcone. Itu karena ada pekerjaan di sini," tegas Haq. 


Berdasarkan status hukum Italia, Agama Islam ternyata tidak termasuk dalam 13 agama resmi di sana. Sehingga upaya umat Islam memiliki harapan adanya pembangunan tempat ibadah terus dipersulit. 


Perwakilan asosiasi Muslim utama dari Komunitas Keagamaan Islam Italia (COREIS), Yahya Zanolo menyebut sekitar 10 masjid telah diakui secara resmi di Italia. Keberadaan sekitar dua juta umat Islam Italia di ribuan tempat ibadah darurat memicu prasangka dan ketakutan dari umat non-Islam selama tinggal di Italia. 


"Menimbulkan prasangka dan ketakutan pada populasi non-Muslim," imbuh Zanolo. Ahmad Raju (38) sebagai pekerja umat Muslim lain di Fincantieri merasakan adanya kebencian kepada umat Islam dari warga Kota Monfalcone. 


Raju menilai dari retorika Cisint bahwa, Wali Kota Monfalcone itu "merasa takut" dengan keberadaan umat Islam. "Anda merasa seperti berada di depan tembok besar yang tidak dapat Anda robohkan," pungkasnya. 


Meski ia mengetahui dirinya dan umat Islam lain tidak akan bisa mengubah situasi diskriminasi terhadap orang yang memiliki keyakinan Agama Islam


Sumber: tvOne

SEBELUMNYA


Halaman:

Komentar