Opa Biden Bisa Mundur, Wall Street dan Rupiah Bersiap Menatap Jumat Keramat

- Jumat, 12 Juli 2024 | 08:15 WIB
Opa Biden Bisa Mundur, Wall Street dan Rupiah Bersiap Menatap Jumat Keramat



NARASIBARU.COM -Sentimen dari rilis data inflasi AS akhirnya mencapai titik anti klimak di pasar global. Rilis data inflasi yang sangat ditunggu-tunggu itu secara agak mengejutkan menunjukkan besaran inflasi yang "lebih baik" dari ekspektasi pelaku pasar.


Otoritas AS merilis besaran inflasi untuk 12 bulan terakhir di bulan Juni sebesar 3,0 persen yang tercatat lebih rendah dari ekspektasi investor di kisaran 3,1 persen. Besaran inflasi tersebut diekspektasikan investor sebagai kian membuka peluang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga beberapa waktu mendatang.



Dengan cepat rilis data tersebut disampar investor di Wall Street dengan aksi panic buying hingga meroketkan Indeks dalam rentang tajam. Indeks DJIA terpantau sempat melambung tinggi hingga kisaran 39.875,6 atau mendekati titik tertingginya sepanjang sejarah di kisaran 40.077,4. 


Namun tak lama berselang, aksi profit taking terlihat berbalik membenamkan Indeks dengan sangat tajam. Pola gerak Indeks yang relator serupa juga terpantau pada Indeks S&P 500 dan Indeks NASDAQ, yang bahkan lebih parah dengan berakhir di zona pelemahan tajam.


Bursa Wall Street akhirnya menutup sesi perdagangan dengan tragis di perdagangan Kamis 11 Juli 2024 beberapa jam lalu. Indeks DJIA bertahan di zona positif dengan naik sangat  tipis 0,08 persen dengan berakhir di 39.753,75. Sementara indeks S&P 500 berakhir lebih parah dengan merosot tajam 0,88 persen di 5.584,54.


Situasi lebih suram terjadi pada indeks Nasdaq yang terbanting 1,95 persen dengan berakhir di 18.283,41. Kerontokan Indeks Nasdaq terlihat dikontribusi signifikan oleh sejumlah Saham unggulan, seperti: Tesla yang runtuh 8,44 persen, Lam Research yang ambruk 5,97 persen, Nvidia yang terpangkas 5,57 persen, dan Applied Material yang longsor 5,38 persen. Aksi tekanan jual tragis kali ini terlihat semakin muram dengan kabar yang datang dari pentas perpolitikan AS. Laporan terkini menyebutkan, seakan mundur dari pencapresan yang semakin nyaring terhadap Joe Biden.


Biden yang dinilai sudah terlalu tua dan kerap mempertontonkan  kesalahan dalam pidatonya, telah membuat sebagian kalangan partai demokrat risau. Terkini bahkan sejumlah donatur partai Demokrat disebutkan mulai menghentikan pendanaannya hingga partai itu menemukan calon lain.


Laporan terkait sebelumnya juga menyebutkan opa Biden yang salah menyebut President Ukraina sebagai Putin dalam sebuah pertemuan Nato. Biden dalam sebuah konferensi pers, juga terekam salah menyebut wapres Kamala Haris dengan menyebutnya sebagai Trump yang merupakan capres dari Partai Republik.


Serangkaian situasi Ini terlihat menjadi sempurna bagi investor untuk beralih melakukan tekanan jual, terlebih dalam beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya Indeks telah melonjak secara konsisten.


Kemuraman Wall Street bahkan kini telah terpantau mulai menjalar di sesi perdagangan akhir pekan di Asia, Jumat 12 Juli 2024. Pantauan terkini menunjukkan, Indeks Nikkei (Jepang) yang mulai ambruk curam 1,72 persen di 41.497,95. Keruntuhan juga terlihat mendera Indeks KOSPI (Korea Selatan) yang telah terbanting 0,91 persen di 2.864,96. Sedangkan Indeks ASX 200 terlihat Masih mencoba bertahan dengan naik tipis 0,19 persen di 7.904,2.


Bursa Saham Indonesia dengan demikian harus bersiap menatap sesi perdagangan akhir pekan  kali ini sebagai Jumat keramat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diyakini akan cenderung mengalami tekanan jual setelah pada sesi perdagangan kemarin gagal mengikuti pesta rally bursa global. Namun masih mungkin bagi IHSG untuk kembali mengalami tekanan jual terbatas.


Situasi yang seragam juga terpantau di pasar uang, di mana nilai tukar mata uang utama Dunia yang terpantau sempat melonjak tajam usai rilis data inflasi AS. Namun secara perlahan mengikis lonjakan penguatan tersebut hingga sesi perdagangan pagi Ini di Asia. 


Prospek Rupiah oleh karenanya juga diperkirakan akan mengalami mass kurang menguntungkan dalam mengaljiri pekan Ini. Dan situasi terlihat seiring dengan tinjauan teknikal  tim riset RMOL yang sempat disinggung dalam ulasan pasar untuk sesi perdagangan Kamis kemarin, di mana pola teknikal dalam time frame H4 memperlihatkan telah terjadinya divergence dalam alat teknikal MACD. Divergence tersebut terlihat pada Euro, Pound, dan Dolar Australia


Sumber: RMOL

SEBELUMNYA

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

JOKO Widodo alias Jokowi sudah lengser. Tak lagi punya kekuasaan. Presiden bukan, ketua partai juga bukan. Di PDIP, Jokowi pun dipecat. Jokowi dipecat bersama anak dan menantunya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Bobbby Nasution. Satu paket. Anak bungsu Jokowi punya partai, tapi partainya kecil. Yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai gurem ini tidak punya anggota di DPR RI. Di Pemilu 2024, partai yang dipimpin Kaesang ini memperoleh suara kurang dari empat persen. Pada posisi seperti ini, apakah Jokowi lemah? Jangan buru-buru menilai bahwa Jokowi lemah. Lalu anda yakin bisa penjarakan Jokowi? Sabar! Semua ada penjelasan ilmiahnya. Semua ada hitung-hitungan politiknya. Manusia satu ini unik. Lain dari yang lain. Langkah politiknya selalu misterius. Tak mudah ditebak. Publik selalu terkecoh dengan manuvernya. Anda tak pernah menyangka Gibran jadi walikota, lalu jadi wakil presiden sebelum tugasnya sebagai walikota selesai. Anda tak pernah menyangka Kaesang jadi ketum PSI. Prosesnya begitu cepat. Tak ada yang prediksi Airlangga Hartarto mundur mendadak dari ketum Golkar. Anda juga tak pernah menyangka suara PDIP dan Ganjar Pranowo dibuat seragam yaitu 16 persen di Pemilu 2024. Persis sesuai yang diinginkan Jokowi. Anda nggak pernah sangka UU KPK direvisi. UU Minerba diubah. Desentralisasi izin tambang diganti jadi sentralisasi lagi. Omnibus Law lahir. IKN dibangun. PIK 2 jadi PSN. Bahkan rektor universitas dipilih oleh menteri. Ini out of the box. Nggak pernah ada di pikiran rakyat. Tapi, semua dengan begitu mudah dibuat. Mungkin anda nggak pernah berpikir mobil Esemka itu bodong. Anda juga nggak pernah menyangka ketua FPI dikejar dan akan dieksekusi oleh aparat di jalanan. Juga nggak pernah terlintas di pikiran ada Panglima TNI dicopot di tengah jalan. Ini semua adalah langkah out of the box. Tak pernah terlintas di kepala anda. Di kepala siapa pun. Ketika anda berpikir Jokowi melemah pasca lengser, ternyata orang-orang Jokowi masuk kabinet. Jumlahnya masih cukup banyak dan signifikan. Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri sekarang adalah orang-orang yang dipilih di era Jokowi. Ketika anda tulis Adili Jokowi di berbagai tempat, Kaesang, anak Jokowi justru pakai kaos putih bertuliskan Adili Jokowi. Pernahkah Anda menyangka ini akan terjadi? Teriakan Adili Jokowi kalah kuat gaungnya dengan teriakan Hidup Jokowi. Ini tanda apa? Jelas: Jokowi masih kuat dan masih punya kesaktian. Semoga pemimpin zalim seperti Jokowi Allah hancurkan. inilah doa sejumlah ustaz yang seringkali kita dengar. Apakah Jokowi hancur? Tidak! Setidaknya hingga saat ini. Esok? Nggak ada yang tahu. Dan kita bukan juru ramal yang pandai menebak masa depan nasib orang. Kalau cuma 1.000 sampai 2.000 massa yang turun ke jalan untuk adili Jokowi, nggak ngaruh. Ngaruh secara moral, tapi gak ngaruh secara politik. Beda kalau satu-dua juta mahasiswa duduki KPK, itu baru berimbang. Emang, selain 1998, pernah ada satu-dua juta mahasiswa turun ke jalan? Belum pernah! Massa mahasiswa, buruh dan aktivis saat ini belum menemukan isu bersama. Isu Adili Jokowi tidak terlalu kuat untuk mampu menghadirkan satu-dua juta massa. Kecuali ada isu lain yang menjadi triggernya. Contoh? Gibran ngebet jadi presiden dan bermanuver untuk menggantikan Prabowo di tengah jalan, misalnya. Ini bisa memantik kemarahan massa untuk terkonsentrasi kembali pada satu isu. Contoh lain: ditemukan bukti yang secara meyakinkan mengungkap kejahatan dan korupsi Jokowi, misalnya. Ini bisa jadi trigger isu. Ini baru out of the box vs out of the box. Tagar Adili Jokowi bisa leading. Kalau cuma omon-omon, ya cukup dihadapi oleh Kaesang yang pakai kaos Adili Jokowi. Demo Adili Jokowi lawannya cukup Kaesang saja. Jokowi terlalu tinggi untuk ikut turun dan menghadapinya. Sampai detik ini, Jokowi masih terlalu perkasa untuk dihadapi oleh 1.000-2.000 massa yang menuntutnya diadili. rmol.id *Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Terkini