"Ini bisa lihat kekhawatiran gagal bayar AS tidak banyak berimbas ke pasar obligasi, yang secara teori harusnya terkena dampak," tambahnya.
Ini juga menunjukkan bahwa para penanam modal lebih rasional dalam melihat prospek investasi di Indonesia, yaitu dari kondisi fundamental Indonesia yang terjaga.
Namun, Josua meminta agar Indonesia tetap waspada. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk melakukan langkah mitigasi baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Baca Juga: Debt Ceiling AS Akan Beri Dampak ke RI, BI Pasang Kuda-kuda Kuat
Dalam jangka pendek, otoritas bisa melaksanakan manajemen utang, menjaga inflasi, menjaga pergerakan rupiah, dan memastikan neraca eksternal Indonesia solid.
Sedangkan untuk jangka panjang, Indonesia bisa lebih getol melakukan dedolarisasi yang salah satunya lewat perluasan kerja sama penggunaan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT).
"Ini akan mengurangi ketergantungan dengan dolar AS. Sehingga, bila terjdi gonjang-ganjing di AS, dampaknya akan minimalis ke Indonesia," tandasnya.
Sumber: nasional.kontan.co.id
Artikel Terkait
BREAKING NEWS : KPK Geledah Kantor Kontraktor Rekanan Proyek Monumen Reog Ponorogo di Surabaya
Syuriyah PBNU Lengserkan Abang Yaqut dari Kursi Ketum, Kendali Sementara ke Rais Aam
Resmi Dipecat? PBNU: Gus Yahya Tidak Lagi Berstatus Ketum PBNU Per 26 November 2025
Viral! Momen Warga Selamatkan Pria Mabuk yang Panjat dan Tertidur di Atas Pohon, Endingnya Sesuai Harapan