Sementara partai-partai di luar PDIP kurang minat dukung Ahok. Pertama, trauma Pilgub 2017. Ini dapat memicu kembali kegaduhan dan konflik.
Ahok terlanjur mendapatkan stempel sebagai "penista agama". Ini akan amat sangat mempengaruhi psikologi politik bagi umat Islam sebagai pemilih mayoritas di Jakarta. Lagi-lagi, politik itu persepsi. Ini yang anda harus paham.
Terutama bagi Prabowo Subianto sebagai penguasa baru, tentu tidak menginginkan kegaduhan dan konflik kembali terjadi. Bisa mengganggu stabilitas negara.
Kedua, elektabilitas Ahok jauh di bawah Anies. Secara kalkulatif, Ahok sulit kalahkan Anies.
Ketiga, PDIP sebagai semang induk Ahok adalah partai yang kontra-penguasa. Di Pilgub 2017, Ahok yang diback-up full oleh Presiden Jokowi, juga oleh PDIP sebagai partai pemenang di DKI saat itu. Ahok kalah. Apalagi saat ini, PDIP bukan pemenang dan bukan menjadi bagian dari penguasa.
Redupnya nama Ridwan Kamil, Kaesang dan Ahok di Jakarta, nyaris membuat Anies tanpa lawan. Maka, pilihan politik yang paling realistis bagi PDIP dan juga KIM, terutama bagi Prabowo sebagai presiden baru adalah mendukung Anies.
Untuk saat ini, tidak ada yang lebih realistis dari dukungan PDIP dan KIM kepada Anies.
*(Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)
Artikel Terkait
Massa Buruh Padati Depan Gedung DPR, Bawa Boneka Gurita hingga Spanduk Tuntutan
Peras Bawahan, Gubernur Riau Abdul Wahid Minta Semua Patuh pada Satu Matahari
Calon Jemaah Wajib Tahu, Ini Daftar Penyakit yang Tidak Memenuhi Kelayakan Kesehatan Haji 2026
Presiden Prabowo Diminta Atensi Kebakaran Rumah Hakim PN Medan