Jalani Ritual Thudong, 32 Biksu Akan Bermalam di Rumah Habib Luthfi bin Yahya

- Jumat, 12 Mei 2023 | 23:30 WIB
Jalani Ritual Thudong, 32 Biksu Akan Bermalam di Rumah Habib Luthfi bin Yahya

Selama melakukan thudong, para biksu hanya makan satu kali sehari, menerima makanan serta minuman dari sedekah umat, dan bermalam di suatu tempat pada malam hari.

Bhante Wawan mengatakan, thudong merupakan perjalanan spiritual yang pernah dilakukan Sang Buddha dan para murid.

Di negara-negara Buddhis, thudong kerap dipraktikkan oleh biksu khamatama atau biksu dhutanga yang tinggal di hutan.

“Kami mengikuti zamannya Sang Buddha dan para bhikkhu yang tradisinya masih alami, benar-benar mereka mempraktikkan dhutanga ini,” ujar Bhante Wawan.

Menurut Bhante Wawan, biksu dhutanga biasanya hanya makan satu kali sehari, tidak mau menerima pakaian yang bagus dan tidak menerima uang.

Bahkan ada pula biksu yang tidak mau berbaring ketika tidur. Mereka terlelap dalam posisi duduk.

Dengan menggelar thudong, Bhante Wawan juga ingin menunjukkan eksistensi biksu dhutanga kepada umat Buddha dan tradisi Sang Buddha masih berjalan.

“Saya mau menunjukkan, khususnya untuk masyarakat Indonesia, bhikkhu dhutanga itu masih ada sampai sekarang. Memang jumlahnya sedikit tapi benar-benar masih ada, belum hilang,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Wakil Ketua Panitia Waisak Nasional Bhante Dhammavuddho.

Ia mengatakan, ritual thudong dilakukan Sang Buddha ketika saat itu belum ada wihara dan tempat tinggal.

Para bhante pada zaman itu, kira-kira 2.500 tahun yang lalu, tinggal dari hutan ke hutan.

“Jadi para bhante itu diberikan kesempatan oleh Sang Buddha untuk tinggal di tiga tempat, yakni hutan, gunung atau gua, kemudian permakaman yang sepi,” ujarnya.

Bhante Dhammavuddho menuturkan, ritual thudong ini kali pertama dilakukan di Indonesia dan bertepatan dengan Hari Raya Waisak.

Hari Trisuci Waisak memperingati tiga kejadian luar biasa dalam kehidupan Buddha, yaitu peristiwa kelahiran (623 SM) di Nepal, pencerahan (588 SM) dan kemangkatan (543 SM) di India Utara.

Tiga peristiwa suci itu terjadi pada hari yang sama, dengan tahun berbeda, yaitu hari purnama raya di bulan Waisak.

Menurut Bhante Dhammavuddho, ritual ini diharapkan bisa melatih kesabaran para biksu selama perjalanan.

“Karena Sang Buddha bilang kesabaran adalah praktik Dharma yang paling tinggi. Mereka merasakan panas, hujan, pengap, makan cuma sehari sekali, minuman seadanya. Jadi mereka melatih diri seperti ini,” tutur dia.

Sumber: kompas.com


Halaman:

Komentar