NARASIBARU.COM - Masalah sampah plastik dulu hanya dihadapi negara-negara industri dan negara maju.
Namun kini sampah plastik meningkat di seluruh dunia termasuk di Benua Asia – bahkan di negara-negara berkembang – karena pesatnya pertumbuhan ekonomi dan populasi.
Globalisasi memperparah masalah yang ditimbulkan sampah plastik ini di banyak negara.
Reporter Kyodo News Tetsuji Ida mengatakan, memproduksi plastik sekali pakai kini menjadi lebih murah.
Lantas, dengan adanya globalisasi, semakin mudah bagi negara-negara, misalnya di Afrika dan Asia, untuk mengimpor barang-barang tersebut.
Baca: Cara Jepang mengurangi produksi plastiknya
"Di negara-negara seperti itu, air minum bersih sering kali tersedia dalam botol dan kantong plastik,” kata Tetsuji yang telah menulis tentang krisis plastik dan masalah lingkungan lainnya selama lebih dari 30 tahun.
Tetsuji mengatakan, pada tahun 2019, Asia memproduksi 54% plastik dunia. Produksi sampah plastik ini terutama disumbang oleh China dan Jepang.
Temuan lainnya, sekitar setengah dari sampah plastik yang ditemukan di lautan hanya berasal dari lima negara: China, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Pada ujungnya sampah plastik ini terurai menjadi mikropartikel yang tidak dapat terbiodegradasi sehingga menimbulkan potensi ancaman terhadap satwa liar dan kesehatan manusia.
Baca: Sampah plastik di Natuna terbawa dari negara lain
Polusi plastik berdampak pada hampir semua spesies laut, dan para ilmuwan telah mengamati dampak negatifnya pada hampir 90% spesies yang dinilai.
Meskipun dampaknya terhadap manusia masih belum diketahui, mikroplastik telah terdeteksi dalam darah, plasenta, dan ASI.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: ruangkota.com
Artikel Terkait
Ibu di Wonogiri Syok Baca WA Anaknya yang Masih Kelas 6 SD: Jalin Asmara dengan Pria Dewasa, Sudah 7x Hubungan Intim
Asisten Dosen Sekaligus Ustaz di UINSU Diduga Lecehkan Mahasiswi, Korban Dibius Lalu Dibawa ke Hotel
Terungkap Praktik Prostitusi di Rumah Kos: 2 Siswi SMA Digerebek, Ada Kondom Bekas Pakai
Ayah dan Anak di Ciamis hanya Minum Air karena Tak Punya Beras, Tinggal di Gubuk Reyot, Tak Terdata Penerima Bansos