Jansen menambahkan, sikap politiknya soal tokoh “perubahan” itu sama halnya sikap dan pilihan yang diambil Jansen di Pemilu 2019 lalu mendukung Prabowo-Sandi secara habis-habisan. Walau hasilnya kalah dan dampaknya masih ia rasakan sampai sekarang khususnya di kampungnya mayoritas pendukung berat Jokowi.
“Buat saya tidak mengapa, itulah politik, pilihan berbeda pasti terjadi dengan segala konsekuensinya. Bagi saya, dengan segala atribusi yang melekat dalam diri njenengan, njenengan itu sangat lengkap. Sama lagi dengan Ketumku sama-sama Alumni Harvard juga,” demikian Jansen.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon, menilai, Yenny Wahid tidak cocok menjadi bakal cawapres Anies Baswedan. Menurutnya, Yenny Wahid lebih cocok menjadi bakal cawapres koalisi selain Koalisi Perubahan karena masih bagian dari rezim Jokowi.
Pernyataan Jansen ini lantas dibalas oleh Yenny Wahid dengan tegas bahwa ia tidak pernah mengajukan diri sebagai bakal cawapres pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024.
“Saya gak pernah nyodorin diri jadi cawapres Mas Anies lho. Saya cuma merespon lamaran yang datang,” tegas Yenny dalam cuitannya di media sosial X, platform yang sebelumnya dikenal Twitter @yennywahid, dikutip Jumat (11/8).
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Prabowo Jadi Sandaran Jokowi dan Relawannya
Pamali Jokowi-Gibran Melayat ke Keraton Surakarta Bisa Lengser
Budi Arie Pilih Gerindra Ketimbang PSI, Pengamat: Jokowi Tak Lagi Menarik
Jokowi Pilih Open House Ketimbang Ikut Kongres Projo III