Hal ini, menurut Khoirul, tidak lepas dari semakin melemahnya pengaruh PDIP untuk memenangkan Pemilu 2024.
"3-4 bulan lalu PDIP betul-betul powerful. Tapi realitas pembentukan kutub koalisi per hari ini, sorry to say, memang PDIP berada pada satu peringkat yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi," tutur Khoirul.
Menurutnya koalisi Prabowo Subianto mengantongi 45% suara. Lalu koalisi Anies-Imin diduga meraup 29% suara, sementara PDIP dan PPP hanya mendapatkan 25% suara.
Situasi inilah yang dinilai berbahaya oleh PDIP, bahkan ketika capresnya lolos ke putaran kedua dan menyingkirkan Anies-Imin di putaran pertama Pilpres 2024.
Sebab menurutnya partai-partai koalisi Prabowo kemungkinan besar akan merapat ke kubu Prabowo dan semakin mempersulit PDIP untuk meraih kemenangan.
"Jika kemudian itu terjadi, maka PDIP berpotensi kalah di Pilpres dan Pileg. Supaya ini tidak menjadi beban bagi Pak Jokowi, apalagi beliau petugas partai dari PDIP, maka tanggung jawab moral dalam konteks ini adalah meletakkan basis negosiasi antara PDIP dan Gerindra," tandasnya.
Sumber: suara
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Reaksi Jokowi Usai Tahu Logo Wajahnya Dibuang Ormas Projo
Soal Projo Merapat ke Gerindra, Pengamat Sebut Strategi Penyusupan Jokowi
Budi Arie Sama Saja Bunuh Diri Masuk Gerindra
Momen Prabowo Tanya Budi Arie, PSI atau Gerindra Kau?