PDIP sendiri sudah membantah adanya konflik di antara Jokowi dan Megawati Soekarnoputri. Bantahan ini dikemukakan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sejak Mei 2023 lalu. Hasto menyebut, hubungan antara tokoh itu sudah lama terjalin. Bahkan, Hasto berani menyebut Jokowi sudah menganggap Megawati Soekarnoputri seperti ibunya sendiri.
Hasto mengungkapkan, hubungan Jokowi dan Megawati telah terjali sejak Jokowi terpilih sebagai Wali Kota Solo selama dua periode.
"Sehingga, di dalam hubungan yang sudah dimatangkan sejak beliau (Jokowi) menjadi wali kota, gubernur dan kemudian menjadi presiden dua periode. Itu hubungan yang sangat dalam," ujar Hasto.
Belakangan, Politikus PDIP Pramono Anung turut membantah kabar keretakan hubungan Megawati dan Jokowi. Terlebih, jika konflik di antara keduanya dipicu majunya putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo.
Pramono yang kini menempati posisi Sekretaris Kabinet menyebut relasi Jokowi dan Megawati tak ada masalah.
"Hubungannya baik-baik saja, rumor yang beredar enggak benar," ujar Pramono.
Sementara, Ketua DPP Puan Maharani menampik anggapan Jokowi dan Megawati berseteru imbas penolakan terhadap usulan perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode. Ia menyebut, Jokowi tak pernah melontarkan permintaan perpanjangan jabatan presiden ke Megawati.
"Enggak, enggak pernah setahu saya," kata Puan.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah memandang, Presiden Jokowi saat ini tengah memuaskan hasrat berkuasanya. Menurut Dedi, Jokowi mulai berubah sikap seiring kian dekatnya Pemilu 2024. "Sehingga memungkinkan adanya post power syndrome, dan mungkin saja ketakutan Jokowi tidak berkuasa lagi," kata Dedi saat dihubungi di Jakarta, Kamis (26/10/2023).
Terlebih, ujar Dedi menambahkan, Jokowi terbukti mendorong anak sulungnya, Gibran dipasangkan dengan Prabowo. Selain itu, turut terindikasi menggunakan pengaruhnya sebagai presiden hingga ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Adapun Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Indonusa Esa Unggul Jamiluddin Ritonga mengamini soal perseteruan yang terjadi antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Namun, ia menilai, konflik di antara keduanya lebih mengarah soal perbedaan kepentingan, bukan akibat dendam atau faktor direndahkan.
"Jokowi punya kepentingan untuk mengamankan dirinya setelah lengser menjabat presiden. Kepentingan Jokowi itu tentunya berkaitan juga dengan keluarga dan kroni-kroninya," ujar Jamiluddin.
Ia menilai, hal itu bukan tanpa sebab. Pasalnya, kata Jamil, Jokowi tidak yakin Ganjar Pranowo, yang diusung capres oleh PDIP, dapat mengamankan kepentingannya.
"Ganjar bisa jadi dinilai Jokowi akan lebih loyal kepada Megawati bila nantinya terpilih menjadi presiden," ujar Jamil.
Oleh karena itu, Jamil menduga Jokowi mencari capres yang lebih diyakininya dapat mengamankan kepentingannya. Atas dasar itu, menurut Jamil, Jokowi lebih memilih Prabowo Subianto.
"Untuk memperkuat keyakinannya itu, Jokowi tampaknya menyodorkan anaknya Gibran Rakabuming Raka untuk menjadi cawapres," ujar Jamil.
Di saat bersamaan, keinginan Jokowi itu dipenuhi oleh Prabowo. Dengan demikian, kata Jamil menegaskan, Jokowi lebih yakin terhadap sosok Prabowo Subianto.
Sumber: inilah
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Reaksi Jokowi Usai Tahu Logo Wajahnya Dibuang Ormas Projo
Soal Projo Merapat ke Gerindra, Pengamat Sebut Strategi Penyusupan Jokowi
Budi Arie Sama Saja Bunuh Diri Masuk Gerindra
Momen Prabowo Tanya Budi Arie, PSI atau Gerindra Kau?