Situng ini merupakan pengembangan dalam scan C1 yang diterapkan pertama pada Pemilu 2014. Dalam hal ini, petugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) menscan C1 dan diupload ke website KPU untuk dipublikasikan dalam tabulasi.
"KPU juga melakukan verifikasi, apakah hitungannya sudah benar atau tidak. Kalau ada tuduhan, 'Hitungannya enggak bener, kok dipublikasi?' Memang kita publikasikan apa adanya, senyatanya. Kalau memang salah, supaya publik juga tahu bahwa ada hitungan yang salah,” tegasnya.
Tak hanya itu, Hasyim juga menegaskan pihaknya siap membuka ulang kotak suara jika terdapat komplain hasil penghitungan suara pada pencoblosan nanti.
“Kalau masih ada yang komplain atau menganggap problem hasil penghitungan di TPS, pengalaman tahun 2019 kemarin, kita perintahkan buka kotak suara di TPS yang dimaksud,” kata Hasyim.
Sebelumnya, Menko Polhukam Mahfud MD mengungkapkan bahwa potensi kecurangan masih bisa terjadi di Pemilu 2024.
Menurutnya, dalam penyelenggaraan pemilu lima kali terakhir masih belum bisa lepas dari yang namanya kecurangan.
“Apakah besok (Pemilu 2024) ada kecurangan? Sudah pasti ada. Karena sudah lima kali pemilu kita 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019 curang terus," kata Mahfud saat menjadi pembicara di Seminar Nasional di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta), Selasa (23/5).
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Ekonom Deteksi Rencana Jahat di Proyek Whoosh Bengkak 1,2 Miliar USD
Prabowo Tegaskan Whoosh Tidak Bermasalah, Negara Sanggup Bayar
Reaksi Jokowi Usai Tahu Logo Wajahnya Dibuang Ormas Projo
Soal Projo Merapat ke Gerindra, Pengamat Sebut Strategi Penyusupan Jokowi