PDIP bahkan sampai mengorbankan hasil Kongres Nasional demi mendukung Jokowi. Kongres Nasional PDIP saat itu, atau sebelum 2014, memutuskan bahwa Capresnya Megawati, bukan Jokowi.
Termasuk saat Pilkada DKI 2017, Cagub versi DPD PDIP DKI Jakarta sebenarnya Boy Sadikin, bukan Jokowi.
"Demi Jokowi, PDIP rela mengabaikan dua keputusan tertingginya itu," tegas Ubedilah.
Kini, tiba-tiba Jokowi membuat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), dan atau membuat Koalisi Besar, tanpa membicarakan dengan Megawati.
"Akhirnya rencana Jokowi itu berantakan, ketika Megawati yang memiliki otoritas tertinggi akhirnya memutuskan mendeklarasikan Ganjar, tepat saat Jokowi sudah mau Lebaran di Solo," katanya.
Situasi berantakan itu, kata Ubedilah lagi, membuat Jokowi gamang memberikan dukungan kepada Ganjar atau kepada Prabowo.
"Semua itu dasarnya karena tidak tahu berterima kasih kepada Megawati. Kalau Jokowi tahu terima kasih, harusnya mengikuti arahan Megawati," pungkas Ubedilah.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Prabowo Punya Semua Modal Politik untuk Kembali Menang di 2029
Mahfud MD Didorong Pimpin Tim Independen Usut Dugaan Korupsi Whoosh
10 Tahun Pemerintahan Jokowi Hilangkan Tradisi Intelektual
Rocky Gerung Sebut Prabowo Dikelilingi Orang-orang APS