NARASIBARU.COM - Praktisi Nutritional Neuroscience, Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa menyebut pernyataan pers Bareskrim Polri sebut ijazah Jokowi identik hanya berkelit. Ia memparkan tiga alasan.
“Kalau anda jeli, ada sedikitnya tiga kunci, kenapa saya menduga bahwa Bareskrim dalam Konferensi Pers Kamis 22 Mei 2025 sebetulnya sedang berkelit,” kata Tifa dikutip dari unggahannya di X, Selasa (27/5/2025).
Pertama, ia menyoroti Bareskrim Polri yang hanya menampilkan salinan ijazah Jokowi. Padahal sebelumnya mengantongi ijazah yang disebut asli.
“Satu. Menampilkan fotonya fotokopi dan bukan fotonya ‘ijazah asli’, padahal sekian hari "ijazah asli" ada pada mereka,” ujarnya Tifa.
Selain itu, ia menyoroti sejumlah foto-foto yang tidak dijelaskan lebih lanjut.
“Dua. Menampilkan foto-foto yang belum ada penjelasannya apakah Puslapfor sudah melakukan Uji Digital Forensik ataupun Analog untuk foto-foto tersebut,” ujarnya.
Terakhir, Bareskrim Polri menggunakan kata identik dan otentik.
“Tiga. Dan yang paling penting adalah: Mengapa Bareskrim menggunakan kata ‘identik’ dan bukan ‘otentik’,” ucapnya.
👇👇
Kalau anda jeli, ada sedikitnya TIGA KUNCI, kenapa saya menduga bahwa Bareskrim dalam Konferensi Pers Kamis 22 Mei 2025 sebetulnya sedang berkelit.
— Dokter Tifa (@DokterTifa) May 26, 2025
Satu
Menampilkan fotonya fotokopi dan bukan fotonya "ijazah asli", padahal sekian hari "ijazah asli" ada pada mereka.
Dua…
Sebelumnya, Bareskrim Polri menyatakan ijazah Jokowi identik.
Itu diungkapkan Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro dalam konferensi pers, Kamis (22/5/2025).
"Pengaman kertas, teknik cetak, tinta tulisan tangan, cap stempel, dan tinta tanda tangan milik dekan dan rektor dari peneliti tersebut maka antara bukti dan pembanding adalah identik atau berasal dari satu produk yang sama," ujarnya.
Diketahui sisi lain, pakar telematika Roy Suryo menyebut jika ijazah Jokowi bisa saja identik, tetapi belum tentu otentik.
Ini menandakan jika masih ada celah untuk membuktikan jika ijazah tersebut palsu.
"Ini bukan keputusan yang final dan bundling, final dan bundling itu adalah pengadilan. Jadi, ini baru secercah kalau kata Bung Karno ini baru sekerikil dari kehidupan yang ada. Artinya, apa yang ditemukan itu adalah alat bukti yang sudah dinyatakan oleh kepolisian adalah identik bukan otentik loh ya," tuding Roy Suryo.
RISET: 94,2% Publik Tidak Percaya Uji Keaslian Ijazah Jokowi Bareskrim!
Mayoritas masyarakat pengguna media sosial tidak percaya hasil uji labfor Bareskrim Polri terkait keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.
Menggunakan bahasa pemrograman python dengan pendekatan statistik, Praktisi Marketing Research dan Pengamat Pasar, Lisa Noviani mengungkap sebanyak 94,2 persen warganet tidak setuju pernyataan Bareskrim Polri soal ijazah Jokowi identik asli.
"Data ini merupakan komentar netizen yang muncul di Twitter, Facebook, dan media sosial lain. Jumlah komentar yang dikumpulkan antara 1 juta sampai 2 juta," kata Lisa dikutip pada Minggu, 25 Mei 2025.
Riset tersebut dilakukan pada 23 Mei 2025, atau sehari setelah Bareskrim mengumumkan hasil penyelidikan ijazah Jokowi.
Pengumpulan data ini dilakukan sebanyak 3 kali, yakni pada 23 Mei 2025 sekitar pukul 09.00 WIB dan pukul 18.00 WIB, serta pada hari ini pukul 10.00 WIB.
Dalam analisa ini menggunakan kata "setuju" dan "tidak setuju".
Bagi yang setuju, mereka menganggap hasil penelitian Bareskrim adalah bukti cukup terhadap keaslian ijazah Jokowi.
Warganet percaya proses penelitian Bareskrim sudah sesuai prosedur yang berlaku.
Sementara komentar "tidak setuju", warganet menilai hasil penelitian Bareskrim tidak meyakinkan, dan harus melakukan penelitian ulang karena bersifat tidak objektif.
Hasilnya, pada 23 Mei 2025 pukul 09.00 WIB, tingkat ketidaksetujuan terhadap hasil uji Bareskrim sebesar 88,2 persen. Sedangkan yang setuju hanya 11,8 persen.
Pernyataan tidak setuju makin tinggi dalam riset 23 Mei 2025 pukul 18.00 WIB, yakni mencapai 93,9 persen. Sedangkan yang setuju menjadi 6,1 persen.
"Nah, pada hari ini sekitar jam 10, yang setuju semakin menurun jadi 5,8 persen. Sementara yang tidak setuju menguat ke 94,2 persen," pungkasnya.
Rismon Sianipar Tak Percaya Bareskrim soal Ijazah Jokowi: Tantang Uji di Luar Negeri, Bakal Biayai!
Ahli digital forensik sekaligus mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Sianipar tidak percaya dengan temuan Bareskrim Polri yang menyatakan ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), adalah asli.
Dia pun menantang Bareskrim untuk melakukan pengujian secara laboratorium forensik (labfor) secara independen.
Selain itu, Rismon juga mengatakan seluruh biaya uji labfor tersebut akan dibiayai oleh pihaknya.
"Kalau hasil kalian, saya ingatkan kepada Laboratorium Forensik dan Bareskrim, kalau kalian merasa hasil kalian itu reliable dan otentik, maka harus siap kita sama-sama bersepakat untuk menentukan laboratorium yang independen di luar negeri. Kami yang biayai, urunan."
"Kalau hasil kalian reliable, handal, tanpa intervensi, maka harus siap itu yang namanya saintifik," katanya dikutip dari YouTube Abraham Samad, Jumat (23/5/2025).
Rismon mengungkapkan dalam bidang keilmuan, temuan atau kesimpulan harus bisa direkonstruksi atau diuji ulang oleh pihak lain.
Dia juga menegaskan bahwa temuan Bareskrim dalam kasus ijazah Jokowi bukanlah temuan tunggal dan dianggap paling benar.
Hal ini, sambung Rismon, perlu dilakukan demi meningkatkan kepercayaan publik terhadap Polri.
"Kebenaran ilmiah itu tidak absolut, tidak hanya milik Anda (Bareskrim). Harus siap diuji oleh pihak lain demi memberikan public trust, itu poinnya," tuturnya.
Rismon mengatakan usulannya itu perlu dilakukan karena dirinya masih ragu atas hasil temuan dari Bareskrim Polri, khususnya terkait skripsi Jokowi.
Pasalnya, berdasarkan bukti skripsi Jokowi yang diperlihatkan kepadanya saat mengunjungi UGM beberapa waktu lalu, Rismon menganggap teknologi tulisan yang dicetak tidak mungkin dibuat pada tahun 80'an.
Rismon mengatakan dirinya semakin yakin bahwa skripsi Jokowi tidak dibuat pada tahun 80'an ketika dibandingkan dengan tiga skripsi di tahun yang sama.
Dia meyakini skripsi Jokowi dibuat pada tahun 2004 ketika perusahaan software, Microsoft, meluncurkan Windows XP.
"Seperti tadi itu, beberapa nama itu Sri Dominingsih, Lembah Edianto, Sigit Hariwinarto, itu teknologi percetakannya yaitu (skripsi) pakai Windows XP," tuturnya.
Selain itu, Rismon juga mempertanyakan kesimpulan Bareskrim Polri bahwa skripsi Jokowi dicetak dengan teknik hand press.
Rismon meragukan terkait kesimpulan tersebut karena ketikan tanda titik dalam skripsi Jokowi dianggapnya terlalu rapi untuk ukuran teknologi pada tahun 1980-an.
"Bagaimana Dirtipidum yang menjelaskan, coba perhatikan kerapatan (font) titik (di skripsi Jokowi), itu titiknya rapat. Bagaimana cara membuat hand press seperti itu? Tidak mblebor. Bagaimana menyusunnya?" ujar Rismon.
Rismon menuturkan jika memang skripsi Jokowi dicetak dengan teknik hand press, maka seharusnya font yang tercetak tidak rapi seperti teknik cetak modern yaitu ink jet atau laser jet.
Pasalnya, menurut temuan Rismon, skripsi Jokowi khususnya di lembar pengesahan, font yang digunakan sangat rapi dan diduga bukan dicetak secara hand press.
"Bagaimana menata font-nya itu titik-titik, terus di press? Nggak blebor tuh. Terus, ketika kita zoom, hand press itu karakternya atau fontnya itu blebor ke arah tekstur kertas tersebut. Jadi seperti berambut ketika kita zoom."
"Bukan produk ink jet atau laser jet yang injeksinya sangat nanometer atau milimeter," jelas Rismon.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
PDIP Laporkan Budi Arie ke Polisi, Rocky Gerung: Pertempuran Politik Terbuka Kubu Jokowi dan Kubu Megawati
Waduh! Guru Besar Unair Ngaku Terjebak dan Dikelabui Foto Wisuda Jokowi, Kenapa?
Jokowi Santer Maju Ketum PSI: Siasat Jadi King Maker Demi Muluskan Jalan Gibran di 2029?
Waduh! Blunder Saat Bahas Kasus Ijazah Jokowi, Rismon Gelagapan Ditertawakan Susno Duadji: Maaf Jenderal...