Saat musim kemarau tiba, upaya mencari sumber air baru semakin menjadi-jadi. Warga harus menggali lubang-lubang kecil di tepi sungai, meskipun hasilnya seringkali hanya rembesan air yang minim.
Meski demikian, mereka bersyukur atas setiap tetes air yang berhasil mereka peroleh, kendati harus menunggu berjam-jam lamanya hingga lubang galian terisi cukup untuk dibawa pulang.
Coba kita bayangkan, betapa melelahkannya perjalanan pulang ketika tiba di rumah pada pukul 10 malam setelah seharian berjuang mencari air.
Situasi semakin rumit dengan harga air bersih yang dijual oleh mobil tangki, mencapai 500.000 rupiah per tangki. Angka ini jelas tak terjangkau bagi sebagian besar penduduk desa.
Sebagai gantinya, mereka terpaksa membeli air dengan harga yang lebih terjangkau, meskipun kuantitasnya terbatas.
Harga satu drum bekas aspal seharga 10.000 rupiah mungkin terdengar murah, namun bagi mereka, itu adalah harga yang mahal untuk sebuah kebutuhan pokok.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: galerisumba.com
Artikel Terkait
MBG di Boyolali Disabotase: Ratusan Paket Ditarik, Ada Orang Asing Masuk Kelas!
Biar Bosmu Tahu! Viral Bobby Nasution Razia Truk Pelat Aceh di Sumut Demi Kejar PAD Triliunan
VIRAL Kain Kafan dan Kerangka Manusia Berserakan di Area Proyek Tangerang
Fakta-Fakta Kesiapan IKN Jadi Ibu Kota Politik 2028, Cuma Cuap-Cuap Belaka?