Kenaikan harga bahan baku untuk teknologi energi terbarukan, seperti panel surya dan baterai, dapat berdampak pada biaya produksi. Perusahaan energi terbarukan kemungkinan akan menyalurkan biaya ini kepada konsumen, yang dapat mempengaruhi adopsi teknologi bersih.
Namun, tidak semuanya buruk. Ada tanda-tanda positif dalam investasi sektor energi terbarukan. Program seperti Inflation Reduction Act (IRA) dan Green Deal Industrial Plan menunjukkan upaya untuk meningkatkan investasi dalam cleantech.
Baca Juga: Dorong Petani Milenial Desa, TKN Fanta Village Diluncurkan di Bogor
Melansir laman Euro News yang tayang pada 22 November 2021, menurut proyeksi Allied Market Research, pasar global energi terbarukan, yang memiliki nilai lebih dari 881 miliar USD (781 miliar Euro) pada tahun 2020, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lebih dari dua kali lipat, mencapai hampir 2 triliun USD (1,8 triliun Euro) pada tahun 2030.
Gauri Singh, wakil direktur jenderal di Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), menyatakan bahwa meskipun terdapat inflasi dan gangguan pada rantai pasokan, penurunan biaya pembiayaan telah berkontribusi pada pencapaian rekor sebesar 260 gigawatt energi dari sumber-sumber terbarukan pada tahun lalu.
Pasar energi terbarukan dikatakan telah mencapai kedewasaan. Meskipun masih diperlukan investasi lebih lanjut untuk mencapai target Net-Zero 2050, perkembangan ini menunjukkan bahwa energi terbarukan semakin mampu bersaing dengan bahan bakar fosil.
Baca Juga: Gibran Sebut 5 Juta Peluang Lapangan Kerja di Sektor Kelestarian Lingkungan atau ‘Green Jobs’
Dalam konteks global, kenaikan harga komoditas terkait dengan greenflation juga berkaitan dengan kebijakan pajak karbon dan kebijakan lingkungan lainnya. Contohnya adalah kenaikan harga litium untuk baterai mobil listrik dan aluminium untuk energi surya dan angin.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: alonesia.com
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Harga BBM Dex Series Naik Lagi per 1 November 2025
Makin Pede! Menkeu Purbaya Pamer Topi “8%”
Mantan Menteri ESDM Kupas Konspirasi di Balik Polemik Freeport
Luhut Akui Proyek Whoosh Bermasalah Sejak Awal: Saya Terima Sudah Busuk Itu Barang