"Kawasan yang menjadi perhatian adalah tekanan utang di China dan Amerika Serikat," kata Sri.
Sri menjelaskan salah satu yang menjadi pendorong utama melambatnya ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut adalah tekanan utang.
Baca Juga: Pakistan Merasa Prihatin Atas Penangguhan Pendanaan Untuk UNRWA
"Bahkan perusahaan properti terbesar di Hongkong, Evergrande, kini mengalami kebangkrutan. Sementara di Amerika Serikat (AS), meski ekonomi tumbuh kuat pada 2023, namun tekanan fiskal khususnya beban pembayaran bunga utang dan rasio utang pemerintah AS menjadi risiko utama ke depan," katanya lagi.
Namun meski demikian, sang Bendahara Negara itu tetap optimistis ekonomi Indonesia akan terjaga pada tahun terselenggaranya Pemilu.
“Dalam suasana global yang tidak pasti dan cenderung melambat, ekonomi Indonesia tetap bertahan baik atau resilien, dan ini ditopang oleh permintaan domestik yang bisa men-subtitusi pelemahan eksternal,” ujarnya dalam Konferensi Pers KSSK di kantor Kemenkeu, Selasa (30/1/2024).***
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: bisnispekanbaru.com
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Harga BBM Dex Series Naik Lagi per 1 November 2025
Makin Pede! Menkeu Purbaya Pamer Topi “8%”
Mantan Menteri ESDM Kupas Konspirasi di Balik Polemik Freeport
Luhut Akui Proyek Whoosh Bermasalah Sejak Awal: Saya Terima Sudah Busuk Itu Barang