NARASIBARU.COM - Pengamat politik Rocky Gerung melalui kanal YouTube-nya kemarin, Kamis (12/6), menyoroti data terbaru dari Bank Dunia yang dinilainya sangat mengejutkan.
Menurutnya, rilis data Bank Dunia tahun 2024 menunjukkan bahwa dua dari tiga orang Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, atau setara dengan sekitar 195 juta jiwa.
Rocky Gerung secara langsung mengaitkan data ini dengan hasil kerja dua periode kepemimpinan eks Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Bank Dunia akhirnya merilis dan hasil rilis itu mencengangkan kita, kita tercengang karena ternyata data 2024 menunjukkan bahwa dua dari tiga orang Indonesia itu ada di bawah garis kemiskinan hidupnya, miskin. Dan ini adalah data internasional,” ujar Rocky.
Rocky Gerung menekankan bahwa data Bank Dunia, yang menggunakan metodologi pengukuran daya beli (purchasing power parity), tidak bisa lagi disembunyikan dengan alasan-alasan lokal.
Ia mempertanyakan apa yang sebenarnya dilakukan selama 10 tahun terakhir sehingga angka kemiskinan mencapai level tersebut.
“Artinya, berapa itu kira-kira 195 juta orang Indonesia di bawah garis kemiskinan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung menyatakan bahwa kemiskinan bukan hanya sekadar ketiadaan akses pada sumber makanan, tetapi juga mencakup “kepapaan psikologi” dan “kepapaan politik” atau ketiadaan akses pada kekuasaan.
Baginya, rilis data Bank Dunia ini bukan sekadar membocorkan apa yang disembunyikan selama 10 tahun, melainkan menunjukkan kegagalan Indonesia yang bisa diprediksi ke depan.
“Jadi sekali lagi kita coba membaca data-data itu di dalam upaya untuk bukan sekedar memperbaiki, tapi menyadari bahwa ada yang salah di dalam kebijakan 10 tahun Presiden Jokowi,” katanya.
Ia juga menyebut data ini menjadi pertanggungjawaban Jokowi sebagai presiden sebelumnya.
Rocky Gerung mengaitkan data kemiskinan ini dengan persepsi masyarakat yang kerap “dimanipulasi”.
Ia berpendapat bahwa kerumunan orang yang menerima bantuan dari Jokowi bukan karena kegembiraan semata, melainkan karena kebutuhan perut yang mendesak akibat kemiskinan.
Rocky Gerung bahkan melontarkan kritik pedas dengan menyatakan bahwa reputasi Jokowi, jika dirumuskan secara sarkastis, adalah “menunggangi kemiskinan dan menunggangi kedunguan kebodohan publik”.
Ia menjelaskan bahwa Jokowi memanfaatkan ketiadaan akses pada pengetahuan dan ketiadaan akses pada makanan untuk membujuk publik melalui bantuan langsung tunai (BLT) atau bagi-bagi hadiah.
Ia juga menyinggung adanya “feminisasi kemiskinan”, di mana kaum perempuan menjadi kelompok paling bawah dan paling terpapar beban ekonomi, psikologi, dan politik.
“Jadi perempuan itu proletarnya proletariat,” jelasnya.
Tantangan Berat Bagi Pemerintahan Prabowo
Data Bank Dunia ini, menurut Rocky Gerung, sekaligus menegaskan klaim-klaim selama ini bahwa Jokowi adalah presiden terbaik telah terbantahkan.
Hal ini juga menjadi tantangan besar bagi Presiden Prabowo Subianto dengan program-program populisnya, seperti makan siang bergizi dan ketahanan pangan, yang berupaya mengatasi kemiskinan langsung ke akar rumput.
Rocky mengakui bahwa anggaran negara terbatas dan banyak hutang yang harus dibayar.
Namun, ia berharap Prabowo dapat mensiasati keterbatasan anggaran tersebut dengan efisiensi dan memastikan kementeriannya solid dalam mengentaskan kemiskinan dan memberantas korupsi.
Ia juga menekankan pentingnya menghargai kritik sebagai kanalisasi keresahan publik, agar protes sosial yang diakibatkan kemiskinan dan kurangnya pendidikan tidak tiba-tiba meledak di jalan.
“Kritik dari kalangan purnawirawan juga harus difasilitasi,” imbuhnya.
Sumber: JakartaSatu
Artikel Terkait
PBNU Dituding Kecipratan Rp3,3 Triliun dari Tambang Nikel Raja Ampat, Ini Kata Gus Yahya
KACAU! Ahmad Khozinudin Bongkar Dugaan Jatah Preman Jokowi Dari Tambang Nikel Raja Ampat
GAWAT! Isu Tambang di Papua dan Sengketa Pulau: Guru Besar Universitas Singapura Ingatkan Prediksi Indonesia Bubar 2030
Greenpeace Ungkap 3 Izin Tambang Raja Ampat Berpeluang Aktif Kembali Lewat Gugatan Pengadilan