JAKARTA, BALI EXPRESS - Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K), FISR, FAPSR, menyoroti bahwa rokok elektronik (elektrik) tidak memenuhi kriteria sebagai metode efektif untuk berhenti merokok dan bahkan dapat menimbulkan risiko kesehatan baru.
Dalam sebuah acara kesehatan daring pada hari Selasa, Prof. Agus mengungkapkan bahwa rokok elektrik terbukti meningkatkan risiko penyakit paru, termasuk asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumonia, pneumotoraks, dan kanker paru.
Studi baik di dalam maupun luar negeri juga menunjukkan adanya potensi ketagihan terhadap rokok elektrik.
Baca Juga: Rahasia Tidur Berkualitas: 3 Tips Ampuh dari Para Ahli untuk Atasi Insomnia!
Alasan lainnya, menurut Prof. Agus, adalah bahwa rokok elektrik tidak memenuhi syarat untuk menjadi metode berhenti merokok yang efektif.
Banyak orang di Indonesia masih menjadi pengguna ganda, menggunakan rokok konvensional dan rokok elektronik secara bersamaan.
Artikel Terkait
HINDARI OBESITAS ! Pahami Penyebab dan Ragam Penyakit yang Dapat Mengganggu Aktivitas
Mulai Umur Berapa Pengukuran Tensimeter Perlu Dilakukan untuk Mendeteksi Hipertensi?
Langkah-langkah Membedah Kesehatan Tulang: Panduan untuk Mengenali Tulang yang Sehat
Panduan Lengkap Melahirkan dengan BPJS Kesehatan: Syarat, Prosedur, dan Biaya yang Ditanggung