Edy Rahmayadi Tuding Ada Mata-mata di Kampanye Anies, Bahlil: Biasa Aja...

- Selasa, 05 Desember 2023 | 09:31 WIB
Edy Rahmayadi Tuding Ada Mata-mata di Kampanye Anies, Bahlil: Biasa Aja...



NARASIBARU.COM  - Ketua Tim Kampanye Daerah AMIN, Edy Rahmayadi menuding bahwa ada mata-mata saat kampanye Anies Baswedan. 


Pernyataan Edy pun menuai reaksi elite politik hinga Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.  Bahlil katakan, pihak yang datang bukan untuk mematai-matai.


 Namun, hanya untuk melihat program pasangan capres-cawapres lain dan hal itu sangat wajar. “Kalau kita kampanye jangan pilpres, pilkada saja.


 Kalau ada satu pasangan calon kampanye pasti ada pasangan lain yang datang ikuti juga supaya bisa lihat programnya gimana, gitu-gitu aja biasa aja,” ungkap Bahlil di Media Center Indonesia Maju, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (4/12/2023). 


Mantan Politikus Partai Golkar ini mengatakan koalisi Anies-Muhaimin seharusnya tidak perlu khawatir.  


Terlebih, agenda kampanye yang dilakukan Anies adalah kegiatan terbuka yang bisa disaksikan semua orang. 


“Contoh kamu jadi calon walikota ada pasangan lain juga melihat kamu kampanye, pada saat kamu pemaparan boleh enggak mereka melihat? Boleh kan, namanya kampanye terbuka,” jelas Bahlil. 


“Terkecuali tertutup dan tertutup ruangannya, tapi ada orang yang masuk nyelonong. Tapi namanya kampanye terbuka kan boleh saja. 


Semua orang berhak (melihat) kan,” tambahnya. Diberitakan sebelumnya, Edy Rahmayadi mengatakan ada mata-mata yang datang ke kampanye Anies ketika dirinya sedang memberikan arahan kepada warga Medan.  


Edy Rahmayadi mengaku sudah biasa ada orang yang memata-matai dirinya. 


"Pasti ada mata-mata yang dikirim ke sini, Si Edy ngomong apa, sudah terlalu capek saya dimata-matain," ucap Edy Rahmayadi di Medan, Sumatera Utara, Minggu (3/12/2023).



Sumber: tvOne

BACA JUGA:

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

JOKO Widodo alias Jokowi sudah lengser. Tak lagi punya kekuasaan. Presiden bukan, ketua partai juga bukan. Di PDIP, Jokowi pun dipecat. Jokowi dipecat bersama anak dan menantunya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Bobbby Nasution. Satu paket. Anak bungsu Jokowi punya partai, tapi partainya kecil. Yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai gurem ini tidak punya anggota di DPR RI. Di Pemilu 2024, partai yang dipimpin Kaesang ini memperoleh suara kurang dari empat persen. Pada posisi seperti ini, apakah Jokowi lemah? Jangan buru-buru menilai bahwa Jokowi lemah. Lalu anda yakin bisa penjarakan Jokowi? Sabar! Semua ada penjelasan ilmiahnya. Semua ada hitung-hitungan politiknya. Manusia satu ini unik. Lain dari yang lain. Langkah politiknya selalu misterius. Tak mudah ditebak. Publik selalu terkecoh dengan manuvernya. Anda tak pernah menyangka Gibran jadi walikota, lalu jadi wakil presiden sebelum tugasnya sebagai walikota selesai. Anda tak pernah menyangka Kaesang jadi ketum PSI. Prosesnya begitu cepat. Tak ada yang prediksi Airlangga Hartarto mundur mendadak dari ketum Golkar. Anda juga tak pernah menyangka suara PDIP dan Ganjar Pranowo dibuat seragam yaitu 16 persen di Pemilu 2024. Persis sesuai yang diinginkan Jokowi. Anda nggak pernah sangka UU KPK direvisi. UU Minerba diubah. Desentralisasi izin tambang diganti jadi sentralisasi lagi. Omnibus Law lahir. IKN dibangun. PIK 2 jadi PSN. Bahkan rektor universitas dipilih oleh menteri. Ini out of the box. Nggak pernah ada di pikiran rakyat. Tapi, semua dengan begitu mudah dibuat. Mungkin anda nggak pernah berpikir mobil Esemka itu bodong. Anda juga nggak pernah menyangka ketua FPI dikejar dan akan dieksekusi oleh aparat di jalanan. Juga nggak pernah terlintas di pikiran ada Panglima TNI dicopot di tengah jalan. Ini semua adalah langkah out of the box. Tak pernah terlintas di kepala anda. Di kepala siapa pun. Ketika anda berpikir Jokowi melemah pasca lengser, ternyata orang-orang Jokowi masuk kabinet. Jumlahnya masih cukup banyak dan signifikan. Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri sekarang adalah orang-orang yang dipilih di era Jokowi. Ketika anda tulis Adili Jokowi di berbagai tempat, Kaesang, anak Jokowi justru pakai kaos putih bertuliskan Adili Jokowi. Pernahkah Anda menyangka ini akan terjadi? Teriakan Adili Jokowi kalah kuat gaungnya dengan teriakan Hidup Jokowi. Ini tanda apa? Jelas: Jokowi masih kuat dan masih punya kesaktian. Semoga pemimpin zalim seperti Jokowi Allah hancurkan. inilah doa sejumlah ustaz yang seringkali kita dengar. Apakah Jokowi hancur? Tidak! Setidaknya hingga saat ini. Esok? Nggak ada yang tahu. Dan kita bukan juru ramal yang pandai menebak masa depan nasib orang. Kalau cuma 1.000 sampai 2.000 massa yang turun ke jalan untuk adili Jokowi, nggak ngaruh. Ngaruh secara moral, tapi gak ngaruh secara politik. Beda kalau satu-dua juta mahasiswa duduki KPK, itu baru berimbang. Emang, selain 1998, pernah ada satu-dua juta mahasiswa turun ke jalan? Belum pernah! Massa mahasiswa, buruh dan aktivis saat ini belum menemukan isu bersama. Isu Adili Jokowi tidak terlalu kuat untuk mampu menghadirkan satu-dua juta massa. Kecuali ada isu lain yang menjadi triggernya. Contoh? Gibran ngebet jadi presiden dan bermanuver untuk menggantikan Prabowo di tengah jalan, misalnya. Ini bisa memantik kemarahan massa untuk terkonsentrasi kembali pada satu isu. Contoh lain: ditemukan bukti yang secara meyakinkan mengungkap kejahatan dan korupsi Jokowi, misalnya. Ini bisa jadi trigger isu. Ini baru out of the box vs out of the box. Tagar Adili Jokowi bisa leading. Kalau cuma omon-omon, ya cukup dihadapi oleh Kaesang yang pakai kaos Adili Jokowi. Demo Adili Jokowi lawannya cukup Kaesang saja. Jokowi terlalu tinggi untuk ikut turun dan menghadapinya. Sampai detik ini, Jokowi masih terlalu perkasa untuk dihadapi oleh 1.000-2.000 massa yang menuntutnya diadili. rmol.id *Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Terkini