Minta Maaf Dulu, Tebar Janji Kemudian: Manuver Politik Kaesang Usai PSI Gagal ke Senayan

- Sabtu, 19 Juli 2025 | 23:30 WIB
Minta Maaf Dulu, Tebar Janji Kemudian: Manuver Politik Kaesang Usai PSI Gagal ke Senayan


Di atas panggung kemenangannya, Kaesang Pangarep melakukan sebuah manuver politik yang cerdas. Usai dipastikan kembali memimpin Partai Solidaritas Indonesia (PSI) hingga 2030.

Pidato perdananya bukanlah arogansi kemenangan, melainkan sebuah pengakuan kegagalan yang diikuti dengan janji besar untuk masa depan.

Ini adalah sebuah strategi komunikasi yang terukur: mengakui kelemahan untuk membangun empati, lalu memompakan optimisme untuk menyatukan barisan menuju target berikutnya.

Langkah pertama Kaesang adalah menabuh genderang penyesalan. Di hadapan ratusan kader di Graha Saba Buana, Solo, ia secara terbuka mengambil tanggung jawab atas kegagalan terbesar PSI di Pemilu 2024.

"Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggota kader PSI karena saya gagal membawa partai ini masuk ke Senayan. Tapi ingat, di 2029 nanti kita akan menjadi partai yang diperhitungkan," kata Kaesang, Sabtu (19/7) dilansir dari Antara.

Permintaan maaf ini krusial. Ia secara efektif meredam potensi kekecewaan dan kritik internal, menunjukkan bahwa ia mendengar dan merasakan kegagalan yang sama seperti para kadernya.

Setelah babak penyesalan selesai, Kaesang dengan mulus beralih ke narasi pembenaran dan optimisme.

Ia mengingatkan bahwa pada periode sebelumnya, ia hanya punya waktu tiga bulan untuk menghela gerbong partai. Sebuah justifikasi yang masuk akal untuk menjelaskan mengapa target parlemen belum tercapai.

Untuk menjaga moral kader tetap tinggi, ia menyoroti pencapaian konkret yang diraih. Putra bungsu Presiden Jokowi itu mengapresiasi kinerja kader yang berhasil melipatgandakan perolehan kursi di DPRD tingkat provinsi dan kabupaten/kota hingga 100 persen.

Ini adalah pesan bahwa kerja keras mereka tidak sia-sia dan telah membuahkan hasil, meskipun belum di level nasional.

Puncaknya adalah saat ia menebar janji untuk 2029. Dengan waktu empat tahun penuh di tangannya, ia menjanjikan sebuah transformasi.

"Mungkin orang menganggap kita masih gajah yang kecil, tapi gajah yang kecil itu tetap besar. Jadi lihat nanti, 2029 kita akan menjadi partai yang besar," tegas Kaesang, menggunakan analogi gajah yang menjadi logo baru PSI.

Legitimasi Kuat dan Rangkulan Politik

Pidato ini didukung oleh mandat yang kuat. Kemenangan telak dengan 65,28 persen suara dari 157.579 pemilih dalam Pemira berbasis e-vote memberinya legitimasi yang tak terbantahkan.

Ia juga tak lupa merangkul lawan-lawannya, Bro Ron dan Agus Mulyono, untuk bergabung di DPP, sebuah langkah untuk mencegah perpecahan internal.

Kaesang menutupnya dengan mempromosikan sistem e-vote "one man, one vote" sebagai budaya politik baru yang transparan. Sebuah cara untuk menunjukkan bahwa meski gagal di satu arena, PSI telah berhasil memulai inovasi di arena lain.

"Saya juga menyadari masih banyak kurangnya, masih banyak hal yang harus diperbaiki, tapi setidaknya kita sudah berani memulai, memulai budaya politik yang baru, one man, one vote, satu anggota, satu suara," tutupnya.

Pidato Kaesang bukanlah sekadar pidato kemenangan. Itu adalah sebuah cetak biru, sebuah pernyataan niat, dan sebuah janji yang kini akan ditagih oleh seluruh kader dan publik pada 2029 mendatang.

Sumber: suara
Foto: Ketua Umum DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) periode 2025-2030, Kaesang Pangarep memberikan pidato pada Kongres PSI 2025 di Graha Saba Buana, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (19/7/2025). ANTARA/Mentari Dwi Gayati

Komentar