NARASIBARU.COM - Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia Buya Anwar Abbas berharap, Indonesia dapat menjadi negeri yang lebih baik lagi pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Menurut dia, tidak mudah bagi putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo (1917–2001) itu untuk menjadi seorang pemimpin yang dicintai rakyat.
Sebab, lanjut petinggi Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, masih banyak masalah yang menghalangi terwujudnya hal itu.
"Pertama , masalah kemiskinan, PHK (pemutusan hubungan kerja) dan pengangguran yang masih tinggi," ujar Buya Anwar Abbas kepada Republika, Kamis (21/8/2025) pagi.
Selanjutnya, korupsi pun masih merajalela di Indonesia.
Di satu sisi, sambung Buya Anwar, Prabowo dinilai telah berhasil mengungkap sejumlah tindak korupsi yang ada.
Namun, di sisi lain penyelesaiannya tampak masih lemah dan seperti terbentur dinding.
"Sehingga, aktor-aktor yang ada di balik kasus-kasus tersebut masih bebas bergentayangan," ucap Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.
Kemudian, masih sulitnya bagi Prabowo untuk mematahkan dan mengendalikan pengaruh para pemilik kapital yang memang sudah sangat terlalu besar.
Ditambah lagi, kaum pemodal itu masih kuat memengaruhi kehidupan ekonomi dan politik Indonesia hingga kini.
Berikutnya, lanjut Buya Anwar, adanya pendengung-pendengung (buzers) bayaran di media sosial.
Menurut dia, mereka memiliki kemampuan membentuk opini yang akan merugikan dan merusak citra Prabowo sebagai presiden. Selanjutnya, perihal komunikasi.
"Adanya kelompok kecil di sekeliling Prabowo yang memagari dan menghalanginya untuk berkomunukasi dan dekat dengan rakyat sehingga kepemimpinan Prabowo terkesan elitis," papar Buya Anwar.
Persoalan-persoalan lainnya berkaitan dengan adanya kesenjangan antara kata dan perbuatan.
Alhasil, menurut Buya Anwar, timbul kesan di tengah rakyat bahwa apa-apa yang dikatakan Prabowo hanya "omon-omon" belaka.
Kemudian, kehadiran para menteri dan wakil menteri dalam kabinet Presiden Prabowo Subianto yang merupakan "titipan" dari pihak-pihak tertentu.
Buya Anwar mengatakan, hal itu berimbas pada kesetian mereka bukan kepada Presiden, tetapi para bohirnya.
"Lalu, mentalitas dari para penegak hukum yang tidak lagi berorientasi kepada kebenaran dan keadilan. tapi kepada pesanan dan tekanan. Terakhir, banyaknya janji-janji Prabowo yang sangat sulit diwujudkan karena keterbatasan dana dan anggaran," ucap Buya Anwar.
Waketum MUI menilai, jika Prabowo tidak bisa mengelola dan mengatasi semua masalah itu dengan baik, maka rasa percaya (trust) rakyat terhadap sang presiden RI tentu akan melorot.
Bila itu yang terjadi, tentu kepemimpinan Presiden Prabowo akan bermasalah.
"Kita tentu saja tidak mau hal itu terjadi," tukas dia.
Sumber: Republika
Artikel Terkait
Damai dengan Bupati Pati dan Batalkan Demo Jilid 2, Ahmad Husein Terkapar di Ruang Karaoke
Viral Link Video Syur Jubir Tambang Morowali dengan TKA China 7 Menit 11 Detik, Beredar 2 Adegan Vulgar
Tutut Soeharto Bisa Hidupkan Roda Kaderisasi Golkar
Riza Chalid jadi Tersangka Baru TPPU