Pada Mei lalu, Fernando Arias, kepala Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), menyampaikan para penandatangan pakta lainnya telah memusnahkan kepemilikan mereka.
Hal ini menyisakan hanya Amerika Serikat yang masih harus menyelesaikan tugas tersebut.
"Lebih dari 70.000 ton racun paling berbahaya di dunia telah dimusnahkan di bawah pengawasan OPCW," katanya.
Menurut Asosiasi Pengawasan Senjata AS, pada tahun 1990 Amerika Serikat memiliki hampir 28.600 ton senjata kimia, penyimpanan terbesar kedua di dunia setelah Rusia.
Dengan meredanya Perang Dingin, negara-negara adidaya dan negara-negara lain bergabung bersama untuk merundingkan Konvensi Senjata Kimia.
Menghilangkan timbunan senjata kimia, yang sangat berbahaya karena berarti menetralisir tidak hanya zat kimia tetapi juga amunisi yang terkandung di dalamnya, merupakan proses yang lambat.
Rusia baru selesai menghancurkan timbunan amunisinya sendiri pada 2017.
Pada April 2022, AS hanya memiliki kurang dari 600 ton yang tersisa untuk dihancurkan.
Biden mendesak kewaspadaan yang berkelanjutan untuk memastikan semua senjata kimia di seluruh dunia dimusnahkan dan mengatakan bahwa segelintir negara yang belum bergabung dengan konvensi tersebut harus melakukannya.
"Rusia dan Suriah harus kembali mematuhi Konvensi Senjata Kimia dan mengakui program-program mereka yang tidak dideklarasikan, yang telah digunakan untuk melakukan kekejaman dan serangan yang kurang ajar," kata Biden.
Sumber: kompas
Artikel Terkait
Mahfud MD Sentil PBNU, Malu Ribut Cuma Urusan Tambang
Bandara IMIP Diresmikan Era Jokowi Diduga tak Punya Bea Cukai dan Imigrasi, Jangan-jangan Sudah Milik Asing
Mengapa Pembagian Sumber Daya di Filipina Memicu Kontroversi Domestik
Said Didu Ungkap Dugaan Skandal di Balik Smelter IMIP: Peresmian Bandara oleh Jokowi Tanpa Libatkan Men-ESDM