“Selama sebulan terakhir, pemboman dan invasi Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 13.000 warga Palestina dan membuat seluruh kota menjadi puing-puing,” bunyi pernyataan dari pihak inisiator.
Mereka juga menyoroti bahwa lebih dari 70 persen kematian di Gaza terjadi pada perempuan dan anak-anak. Jika dihitung, satu anak di Gaza terbunuh setiap sepuluh menit.
"Kami keluar karena sedang terjadi genosida dan kami harus mengambil tindakan. Sekolah selalu membicarakan politik, namun dalam masalah ini kami dibungkam," ujar siswa kelas 11, Ivy, salah satu pendiri School Students for Palestine.
Meski begitu, aksi ini banyak dikritik oleh para politisi karena menilai para siswa seharusnya belajar di kelas, alih-alih melakukan demonstrasi.
Sumber: rmol
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Aplikasi Maxim: Solusi Praktis untuk Perjalanan dan Penghasilan Tambahan di Indonesia
AHY Pastikan APBN Bakal Ikut Menanggung Utang Whoosh
Siap Tanggung, Prabowo Minta Jalur Whoosh Dilanjut hingga Banyuwangi Jawa Timur
Ahmad Sahroni Cerita Jatuh dari Plafon Saat Rumahnya Dijarah