Pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan dan lembaga keuangan masing-masing mengalami kontraksi 2,9 persen YoY dan 3,5 persen YoY. Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi.”ULN swasta juga tetap didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,4 persen,” imbuh Erwin.
Dia memastikan, struktur ULN Indonesia tetap sehat. Didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) di kisaran 30,1 persen.
Sementara itu, Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman melihat, ULN Indonesia dibanding sebelum pandemi Covid-19 mengalami penurunan. Memasuki krisis di 2020, ekonomi domestik yang terkontraksi tidak membutuhkan banyak investasi.
“Sehingga nggak butuh banyak pinjaman. Tapi belakangan ini perekonomian mulai tumbuh, tapi utang luar negeri masih kontraksi,” ucapnya saat ditanyai Jawa Pos, kemarin (16/5).
Sebab, salah satu penyebabnya yaitu biaya dana untuk mata uang USD meningkat. Sejalan dengan kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya. Sehingga korporasi yang memiliki jatuh tempo utang memilih untuk melunasi.
Mengingat, untuk memutuskan roll over (melanjutkan) utang akan terkena biaya dana lebih mahal. Karena suku bunga global sudah di level yang tinggi. Apalagi, banyak korporasi di Indonesia, khususnya di bidang komoditas, tahun lalu mendapatkan windfall yang besar dari kenaikan harga.
“Jadi banyak dari mereka ketimbang roll over utang dengan biaya yang tinggi, mending dibayarkan aja. Karena posisi cash mereka sedang bagus,” tandasnya. [JPG/jawapos.com]
Sumber: radarbali.jawapos.com
Artikel Terkait
Ahmad Ali Heran PSI Dua Kali Tak Lolos Senayan padahal Sudah Jual Nama Jokowi: Yang Bodoh Siapa?
Santer Dimakzulkan, Ini Rekam Jejak Ketum PBNU Gus Yahya dengan Zionis Israel
Ternyata Saat Pacaran dengan Dosen Untag, AKBP Basuki Status Pisah Ranjang dengan Istri
KPK Bantah Uang Rp300 Miliar yang Dipamerkan Pinjaman dari Bank, Ini Penjelasannya