SINERGI PAPERS - Langkah Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 2 Prabowo Subianto dengan tidak membuka data pertahanan saat menjalani debat pada Minggu (07/01) dinilai tepat. Sebab, tidak semua data pertahanan dapat dibuka ke publik demi alasan keamanan.
Peneliti Pertahanan dan Keamanan Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi mengatakan data pertahanan memang sebaiknya tidak perlu sepenuhnya transparan. Terlebih jika data tersebut ingin disampaikan pada debat yang merupakan forum terbuka dan dapat disaksikan siapa saja.
“Saya sepakat bahwa tidak semua data pertahanan negara boleh dibuka,” kata Fahmi saat dihubungi, Selasa (09/01).
Baca Juga: Kebijakan Good Neighbors Policy yang Digagas Prabowo Peroleh Sambutan Baik Publik
Menurutnya, dengan membuka data pertahanan dapat membahayakan keamanan negara. Utamanya jika dihadapkan pada potensi ancaman geopolitik dari negara lain.
“Karena jika dipublikasikan secara utuh, hal itu berpotensi meningkatkan kerentanan dan risiko bagi pertahanan Indonesia khususnya ketika dihadapkan pada potensi ancaman geopolitik,” ucap Fahmi.
Artikel Terkait
Viral Penampakan Masjid Jokowi di Abu Dhabi, Reaksi Netizen Bikin Ngakak
Prabowo Akan Bayar Utang Whoosh Pakai Uang Negara yang Dikembalikan Koruptor
Aplikasi Maxim: Solusi Praktis untuk Perjalanan dan Penghasilan Tambahan di Indonesia
AHY Pastikan APBN Bakal Ikut Menanggung Utang Whoosh