Namun, Hasto mengakui hasil survei elektabilitas kandidat capres dapat berubah kapan saja.
Hal ini tergantung pada metode yang digunakan dan kepentingan dari sebuah lembaga survei.
Hasto kemudian menyentil pelajaran yang diberikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk konsentrasi bergerak ke bawang.
“Survei itu sangat dinamis, setiap saat bisa berubah, setiap lembaga survei hasilnya juga bisa beda-beda ketika muatan kepentingan itu lebih besar daripada mengedepankan metodologi,” kritiknya.
Sebelumnya, peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby mengungkap empat alasan elektabilitas Prabowo Subianto melejit meninggalkan Ganjar dan Anies.
Pertama, katanya, mayoritas responden menginginkan sosok dengan kepemimpinan kuat sehingga mampu menumbuhkan perekonomian Indonesia.
Dari ketiga nama bakal capres (Prabowo, Ganjar, Anies), Prabowo lebih kuat asosiasinya sebagai sosok pemimpin kuat yang mampu menumbuhkan ekonomi.
“Pertama, Prabowo dipandang sebagai pemimpin yang tegas, kuat, serta fasih dalam merangkul aneka pihak," kata Adjie Alfaraby.
Kedua, elektabilitas Prabowo meningkat karena pendukung Ganjar berpindah memilih Prabowo lantaran dianggap lebih berkarakter nasionalis.
Ketiga, posisi Prabowo sebagai menteri berhasil memperkuat citranya sebagai capres yang mampu mengelola pemerintahan.
Keempat, Prabowo dinilai menjadi tokoh sentral yang banyak diterima oleh berbagai spektrum politik. (lia/JPNN)
Sumber: bali.jpnn.com
Artikel Terkait
Viral Polisi di Medan Pukul Pengendara, Atasan Sebut Gangguan Jiwa, Kenapa Masih Diizinkan Bertugas?
BGN tak akan Setop Operasional 41 Dapur MBG Milik Yasika Aulia Putri Wakil Ketua DPRD Sulsel
Ditugaskan Prabowo, Gibran bakal Pidato di KTT G20 Afrika Selatan
Terungkap! AKBP B Jalani Hubungan Terlarang dengan Dosen Cantik Untag Semarang sejak 2020