SERAMBINEWS.COM, ISTANBUL - Akankah masa jabatan panjang Recep Tayyip erdogan sebagai pemimpin Turki akan berakhir?�
Akankah blok oposisi yang dipimpin oleh Kemal K l cdaroglu akhirnya berhasil mengalahkan Erdogan?
Pemilih Turki akan menentukan hal ini pada hari ini, Minggu (28/5/2023), dalam putaran kedua pemilihan presiden tanggal 28 Mei, seperti dilaporkan Daily Sabah, Sabtu (27/5/2023).
Erdogan nyaris menang di putaran pertama�pemilihan presiden Turki�pada 14 Mei lalu dengan meraih 49,52 persen suara, membuka jalan bagi putaran kedua.
�Padahal hingga dua pertiga penghitungan surat suara, Erdogan memimpin perolehan suara dengan margin sangat tipis di atas 50 persen suara.
Putaran kedua ini adalah yang pertama sejak Turki beralih ke sistem presidensial, yang sepenuhnya diimplementasikan setelah kemenangan Erdo an tahun 2018, usai referendum tahun 2017 yang menyetujui perubahan sistem tersebut.
Erdogan dan saingannya, yang mewakili aliansi oposisi enam partai, membujuk lebih dari 64 juta pemilih dalam kampanye putaran kedua�yang tidak sespektakuler sebelum 14 Mei karena waktu kampanye yang sangat singkat.
Para kandidat akan mendapatkan masa jabatan lima tahun jika mereka dapat memenangkan lebih dari 50 % suara dalam putaran kedua. Tempat pemilihan akan dibuka Pukul 8 pagi dan ditutup Pukul 5 sore.
Hasil pemilihan tidak resmi diperkirakan akan diumumkan oleh Dewan Pemilihan Umum (YSK) beberapa jam setelah tempat pemilihan ditutup.
Lawan Erdogan dalam putaran kedua pada tanggal 28 Mei adalah�Kemal Kilicdaroglu, yang didukung oleh enam partai oposisi dan memperoleh hampir 45 % suara,�sekitar 2,5 juta suara lebih sedikit daripada lawannya. Inilah sengitnya peta persaingan pemilihan presiden Turki yang berlangsung hari Minggu, (28/5/2023).
Baca juga: Putaran Kedua Pemilu Turki, Lebih dari 1,92 Juta Warga Turki di Luar Negeri Telah Memilih
Hasil pemilihan presiden tahap pertama Turki, petahana Recep Tayyip Erdogan meraih 49,52 % suara sementara pesaing terdekatnya Kemal�Kilicdaroglu meraih 44,88 % suara (Sumber: Daily Sabah)
Keunggulan Erdogan
�
Partai AKP yang dipimpinnya berkuasa sejak November 2002, dan Erdogan telah memerintah Turki sejak tahun 2003. Meskipun 64 juta pemilih Turki sangat terbagi, pemimpin berusia 69 tahun ini punya keunggulan bawaan atas lawannya.
Sekutu Erdogan mengendalikan sebagian besar media�mainstream, bahkan TV negara memberikan 32 jam 42 menit waktu siaran kepada presiden dan hanya memberikan 32 menit kepada lawannya, pada puncak kampanye pada bulan April.
Para pengamat dari kelompok pengamat internasional OSCE menyatakan terdapat ketidakseimbangan dalam pemilihan Turki dan liputan yang bias, meskipun pemilih punya alternatif politik yang nyata.
Awalnya Erdogan adalah perdana menteri, tetapi kemudian dia menjadi presiden pada tahun 2014. Dia merespons upaya kudeta yang gagal pada tahun 2016 dengan meningkatkan kekuasaannya secara dramatis yang�menurut Barat: menindas pihak oposisi, seperti laporan BBC.
Politikus Kurdi terkemuka dipenjara dan tokoh-tokoh oposisi lainnya terancam dilarang berpolitik. Namun, pemilihan ini merupakan harapan terbesar oposisi untuk menggulingkan Erdogan.
Semakin banyak warga Turki yang menyalahkan Erdogan atas inflasi yang melonjak hingga 44 persen, dan para akademisi mengatakan tingkat inflasi sebenarnya jauh lebih tinggi dari angka tersebut.
Dia dan partai AKP-nya banyak dikritik atas respons mereka terhadap gempa bumi ganda pada bulan Februari yang membuat jutaan warga Turki menjadi pengungsi di 11 provinsi.
Namun, sebagian besar kota yang dianggap sebagai basis dukungan Erdogan masih memberikan 60 % suara kepadanya. Partainya berakar dalam Islam politik, tetapi�membentuk aliansi dengan MHP yang ultranasionalis.
�
Baca juga: 5 Cara yang Bisa Dilakukan Kemal Kilicdaroglu untuk Mengalahkan Erdogan di Putaran Dua Pilpres Turki
Enam Partai Oposisi
Pesaing Erdogan adalah�Kemal Kilicdaroglu, yang berusia 74 tahun, adalah calon yang tidak mungkin untuk menggulingkan presiden.
Kilicdaroglu mendapatkan dukungan dari enam partai oposisi, dan�mendapatkan dukungan dari partai oposisi terbesar kedua di Turki, HDP yang pro-Kurdi, yang salah satu pemimpinnya menggambarkan pemilihan ini sebagai "yang paling penting dalam sejarah Turki".
Harapannya untuk meraih kemenangan dari Erdogan terletak pada peningkatan dukungan dari pemilih nasionalis dan Kurdi.
Tantangan yang sulit adalah ketika kubu nasionalis Turki menginginkan presiden berikutnya untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap militan Kurdi.
Menjelang putaran kedua, Kilicdaroglu menyampaikan dengan tegas kepada pemilih nasionalis, dengan mengetuk meja dan berjanji untuk mengusir 3,5 juta pengungsi Suriah. Ini sudah menjadi kebijakannya, tetapi sekarang dia memutuskan untuk membuatnya menjadi poin yang penting.
Tantangan bagi Lawan Kuat Erdogan
Pemilihan Kemal Kilicdaroglu tidak sepenuhnya populer karena wali kota Istanbul dan Ankara merupakan kandidat yang berpotensi lebih kuat. Keduanya adalah rekan partai yang berhasil mengendalikan dua kota terbesar Turki pada tahun 2019 untuk CHP, untuk pertama kalinya sejak tahun 1994.
Aliansi Nasionalnya, juga dikenal sebagai Table of Six, bersatu dalam keinginan mereka untuk mengembalikan Turki dari sistem presidensial yang dibuat di bawah Erdogan menjadi sistem yang dipimpin oleh parlemen.
Artikel Terkait
Menkeu Purbaya: APBN Bertujuan Membuat Seluruh Rakyat Kaya, Mari Kita Kaya Bersama!
Viral 2 Jam Terjebak Macet Parah Jakarta, Turis Korea Ngamuk Sampai Kencing dalam Botol
Hamish Daud Liburan Bareng Sasha Sabrina Alatas ke Bangkok? Dugaan Perselingkuhan Suami Raisa Terkuak
Pengakuan Alumni Seangkatan Gibran: UTS Insearch Cuma Kursus Bahasa Inggris, Bukan Setara SMA