Mendadak Berubah Sikap Soal Ijazah Jokowi, Roy Suryo Curiga Sofian Effendi Ditekan Tangan Jahat!

- Jumat, 18 Juli 2025 | 14:30 WIB
Mendadak Berubah Sikap Soal Ijazah Jokowi, Roy Suryo Curiga Sofian Effendi Ditekan Tangan Jahat!




NARASIBARU.COM - Drama polemik ijazah Presiden Jokowi memasuki babak baru yang penuh teka-teki.


Pernyataan mantan Rektor UGM Prof Sofian Effendi yang berubah drastis terkait keaslian ijazah Presiden ketujuh Joko Widodo atau Jokowi kini memantik spekulasi tajam.


Pakar telematika Roy Suryo melontarkan adanya dugaan 'tangan-tangan jahat' yang memaksa Sofian Effendi berbalik arah.


"Perubahan beliau itu bukan tidak mungkin ada 'tangan-tangan jahat' yang masih bermain dan cawe-cawe," kata Roy Suryo, Jumat (18/7/2025).


Meski menyayangkan keputusan Sofian untuk menarik pernyataannya, Roy Suryo mengaku dapat memahami potensi tekanan yang mungkin dialami oleh sang guru besar.


Ia pun menegaskan komitmen untuk tetap memberikan dukungan moral kepada Sofian Effendi.


"Kami sepakat tetap berdiri bersama Prof Sofian Effendi, penegak kejujuran," tegasnya.


Sementara itu, Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun, menyebut bahwa keaslian ijazah Jokowi tidak ditentukan oleh testimoni Sofian Effendi yang dapat berubah.


"Pernyataan Sofian Effendi itu, kalau di dalam pembuktian, barangkali bisa dinilai sebagai sebuah keterangan saksi atau petunjuk saja karena dia pun cuma mendengar dari orang lain. Jadi dia bukan yang langsung mengetahui sebenarnya," kata Refly dikutip dari tayangan pada kanal YouTube pribadinya, Jumat (18/7/2025).


Bukti Fisik Dianggap Lebih Kuat


Refly menilai bahwa pembuktian yang paling solid justru terletak pada ijazah fisik itu sendiri, yang wujudnya telah tersebar luas di ranah publik.


Ia merujuk pada dokumen yang pernah ditampilkan oleh Bareskrim Mabes Polri dan telah didigitalisasi, serta dianalisis menggunakan metode digital forensik oleh pakar seperti Roy Suryo dan Rismon Sianipar.


Fokus utama analisis tersebut, kata Refly, adalah perbedaan mencolok pada foto yang tertera di ijazah dengan penampilan fisik Jokowi setelah menjabat sebagai presiden.


"Secara kasat mata kita sudah bisa membedakan antara Jokowi yang wisuda, yang hidungnya lancip, ganteng, pakai kumis, bibir tebal, dengan Jokowi yang presiden itu not match ya, tidak nyambung, tidak sama. Demikian juga foto yang ada di ijasah juga not match dengan foto Jokowi Presiden. Sebaliknya foto ijazah dengan foto wisuda match," tuturnya.


Bagi Refly, kesesuaian antara foto saat momen wisuda dengan foto yang tercetak di ijazah menjadi indikator kunci yang dapat digunakan untuk menguji keaslian dokumen tersebut secara meyakinkan.


"Itu satu pembuktian yang menurut saya sangat telak," ucapnya yakin.


👇👇




5 Daftar Kebobrokan Jokowi Saat Kuliah yang Diungkap Mantan Rektor UGM


Kontroversi seputar keaslian ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi kembali menjadi perbincangan panas.


Kali ini, bola liar datang dari tokoh sekaliber mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 2002-2007, Profesor Sofian Effendi.


Dalam sebuah wawancara yang menggemparkan jagat maya, Profesor Sofian membeberkan serangkaian informasi yang ia kumpulkan dari kolega-koleganya di Fakultas Kehutanan UGM.


Pernyataannya menghadirkan perspektif baru yang mempertanyakan narasi resmi seputar riwayat pendidikan Jokowi.


Berdasarkan keterangan Prof Sofian Effendi dan fakta lain yang terungkap, berikut adalah lima daftar dugaan 'kebobrokan' yang menyelimuti polemik ijazah Jokowi.


1. Terancam Drop Out (DO) Karena Nilai Buruk


Menurut Prof Sofian, perjalanan akademik Jokowi di UGM tidaklah mulus.


Ia mengklaim bahwa berdasarkan informasi dari para profesor dan mantan dekan Fakultas Kehutanan, nilai Jokowi selama dua tahun pertama sangat tidak memuaskan.


Bahkan, ia disebut tidak layak untuk melanjutkan ke jenjang sarjana.


"Jokowi itu tidak lulus di tahun 1982 di dalam penilaian. Ada empat semester dinilai kira-kira 30 mata kuliah, dia indeks prestasinya tidak mencapai," terang Prof Sofian.


Ia merujuk pada transkrip nilai yang pernah dirilis oleh Bareskrim Polri, yang menurutnya menjadi bukti kuat bahwa Jokowi seharusnya tidak bisa melanjutkan studi S1.


"Saya lihat di dalam transkip nilai itu juga yang ditampilkan bareskrim, IPKnya itu enggak sampai dua kan. Kalau sistemnya benar, dia tidak lulus atau di DO istilahnya. Hanya boleh sampai sarjana muda," katanya.


2. Skripsi Dianggap Contek Pidato dan Tak Pernah Diuji


Poin paling krusial dari kesaksian Prof Sofian adalah terkait skripsi Jokowi.


Ia menegaskan bahwa dengan nilai yang tidak memenuhi syarat, Jokowi semestinya belum bisa menulis skripsi.


Lebih jauh, ia menyebut skripsi yang beredar saat ini adalah hasil contekan dan tidak pernah melalui proses sidang atau pengujian yang sah.


"Jadi (karena nilainya tidak memenuhi) dia belum memenuhi persyaratan melanjutkan ke sarjana dan menulis skripsi," ungkapnya.


Dia melanjutkan, "Skripsinya pun sebenarnya adalah contekan dari pidatonya Prof Sunardi, salah satu dekan setelah Pak Soemitro. Tidak pernah lulus. Tidak pernah diujikan. Lembar pengesahannya kosong."


Untuk menguatkan klaimnya, Prof Sofian mengaku pernah menanyakan langsung perihal lembar pengesahan yang kosong tersebut kepada petugas di UGM.


"Saya tanya ke petugasnya, 'mbak ini kok kosong'? Dia bilang iya pak itu sebenarnya enggak diuji. Enggak ada nilainya. Makanya enggak ada tanggal, enggak ada tandatangan dosen penguji," sebutnya.


3. Dipastikan Tidak Punya Ijazah Sarjana (S1)


Berdasarkan dua poin sebelumnya, Prof. Sofian sampai pada kesimpulan tegas: Jokowi tidak memiliki ijazah sarjana (S1) dari UGM.


Ia membedakan antara ijazah sarjana muda (Bachelor of Science/BSc) yang mungkin dimiliki Jokowi, dengan ijazah sarjana penuh yang diragukannya.


"Kalau dia mengatakan punya ijazah BsC (sarjana muda) mungkin betul lah. Kalau yang ijazah sarjana, nggak punya dia," kata Prof. Sofian.


4. Dugaan Memalsukan Ijazah Kerabat


Prof Sofian juga mengungkap sebuah rumor mengejutkan yang ia dengar, yakni dugaan bahwa Jokowi meminjam ijazah milik Hari Mulyono, kerabat sekaligus iparnya.


Ijazah inilah yang kemudian diduga dipalsukan.


"Hari Mulyono lulus, kawin dengan adiknya dia, Idayati, punya dua anak. Itu kabarnya dia pinjem ijazahnya Hari Mulyononya ini."


"Kemudian ijazah ini yang dipalsuin dugaan saya. Jadi itu kejahatan besar itu. Dia kan selalu mengenalkan, bahwa untuk ijazah yang dibawa-bawa oleh dia itu, itu kan bukan foto dia. Itu penipuan besar-besaran itu," jelasnya.


5. Kebohongan Publik Soal Dosen Pembimbing


Dugaan kebohongan publik menjadi dasar laporan yang dilayangkan Ahli Digital Forensik, Rismon Sianipar, ke Polda Metro Jaya.


Rismon menyoroti dialog antara Jokowi dan Kasmudjo saat acara Dies Natalis UGM pada 2017.


Saat itu, Jokowi memperkenalkan Kasmudjo sebagai dosen pembimbingnya yang "galak".


Namun, belakangan Kasmudjo sendiri mengklarifikasi bahwa ia bukan pembimbing skripsi.


Bahkan bukan pembimbing akademik Jokowi karena saat itu statusnya masih asisten dosen.


"Bahwa di tahun 2017 Pak Jokowi dan Pak Kasmudjo di situ berdialaog, ada bimbingan skripsi bolak-balik dan galak segala macam dan publik menyimpulkan bahwa Pak Kasmudjo adalah pembimbing skripsinya, tapi dibantah langsung tahun 2025 oleh Pak Kasmudjo sendiri," terang Rismon.


Sumber: Suara

Komentar