NARASIBARU.COM - Pidato pertama bacawapres Koalisi Indonesia Maju (KIM) Gibran Rakabuming Raka menjadi sorotan. Selain karena ini kemunculan perdananya bersama Prabowo Subianto, pemilihan diksi dalam pidato tersebut juga dikritik.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai bahwa memang ada kesan arogansi yang terpancar dari Gibran, yang seolah berperan sebagai pemeran utama di atas panggung. Terlebih saat Wali Kota Solo ini menyampaikan kalimat penenang kepada Prabowo.
"Memang ada kesan arogansi Gibran saat menenangkan Prabowo bahwa ia telah ada di di dekat Prabowo, tetapi jika dilihat secara utuh termasuk ekspresi Gibran, sikap arogan itu tidak terlihat, yang ada justru soal kematangan sikap Gibran," jelas Dedi kepada inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Ia juga menyoroti momen menarik, ada perbedaan perlakuan ketika Prabowo pidato dengan Gibran. Ketika putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu berpidato, layar yang ada di belakangnya langsung membuat semarak suasana dengan menambilkan namanya, sementara layar tersebut tidak menampakkan nama Prabowo ketika Menteri Pertahanan (Menhan) RI itu berpidato.
Dengan situasi itu, Dedi menilai memang kental nuansa Gibran ditokohkan, dipaksa untuk menjadi seorang tokoh, yang semestinya belum waktunya. "Gibran sepanjang pidato juga tidak menunjukkan raut muka yang bisa ditandai sebagai pemahamannya terkait apa yang ia sampaikan, Gibran lebih terlihat seperti orang yang sedang diarahkan dan menghafal," ujarnya.
Artikel Terkait
Lebih Pilih Gerindra Ketimbang PSI, Budi Arie Balik Badan dari Jokowi
Ternyata UTS Insearch Tak Tawarkan Program Pendidikan di Singapura
Prabowo Jadi Sandaran Jokowi dan Relawannya
Pamali Jokowi-Gibran Melayat ke Keraton Surakarta Bisa Lengser