Bagi Prabowo Subianto, lanjut Budisatrio, persoalan ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan impor pangan. Belajar dari pandemi dan situasi dunia, hal ini sangat beresiko.
“Untuk pangan, Indonesia harus swasembada. Jika mengandalkan impor, kedaulatan kita jadi taruhannya. Bayangkan jika pasokan dari luar terhenti, Indonesia terjadi bencana kelaparan. Kita rentan, karena menggantungkan perut kita ke negara lain,” jelasnya.
“Bahkan andai impor lancar sekalipun, tetap ada masalah. Produk pangan lokal kita bisa gagal bersaing di pasar, sehingga kesejahteraan petani kita yang menjadi korban,” lanjut Budisatrio.
Baca Juga: Inilah Tiga Harapan OjolET Terhadap Prabowo Subianto, Salah Satunya Lahan Parkir Gratis
Menurut Budisatrio, Presiden Jokowi dan Capres Prabowo Subianto juga memahami hal tersebut. Program Food Estate dipersiapkan menjadi solusi jangka panjang ketahanan pangan nasional.
“Pak Jokowi sudah menggagas Food Estate sebagai cadangan logistik nasional, dan Pak Prabowo bertekad melanjutkannya. Prabowo Gibran bahkan bertekad menyempurnakannya menjadi Program Lumbung Pangan, diikuti industri pertanian yang memanfaatkan teknologi modern dan digital. Ini menjadi prioritas utama,” urai Budisatrio.
Prabowo Gibran, lanjut Budisatrio Djiwandono, juga bertekad meningkatkan kesejahteraan petani dan melaksanakan reforma agraria untuk mendukung pertanian rakyat.
“Ada kredit kepemilikan lahan untuk petani, pembelian panen pemerintah dengan profit minimal 30%, akses langsung pupuk subsidi dan benih. Semuanya akan dilakukan karena petani ini ujung tombak kita menghadapi krisis pangan,” jelas Budisatrio.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: alonesia.com
Artikel Terkait
Mulai 1 Februari 2025, Elpiji 3 kg Tak Lagi Dijual di Pengecer
Peringatan BMKG: Gempa Megathrust Mentawai-Siberut Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8.9
Prihatin Soal Konflik PKB vs PBNU, Komunitas Ulama dan Nahdliyin Keluarkan 9 Rekomendasi
Cabut Pasal Penyediaan Alat Kontrasepsi, DPR: Jangan Buka Ruang Generasi Muda untuk Berzina!