Selain itu, juga ada perbaikan pada neraca arus modal portofolio ke Indonesia. Helmi melihat arus dana portofolio global yang masuk ke negara-negara berkembang sudah lebih bersahabat bila dibandingkan tahun lalu, terutama bila mengingat the Federal Reverse sudah hampir mendekati puncaknya.
Lebih lanjut, Helmi mengatakan, Indonesia termasuk salah satu negara yang disukai banyak investor. Selain karena inflasi yang mulai mereda, posisi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga sudah mendekati ke level sebelum pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, defisit APBN 2022 berada di level 2,38 persen dari PDB. Sementara itu, defisit APBN 2019 berada di level 1,84 persen.
Faktor lain yang membuat Indonesia menarik minat investor adalah reformasi struktural perekonomian yang dianggap mampu menjadi bantalan terhadap gejolak-gejolak yang datang dari luar. Berdasarkan sejumlah pertimbangan tersebut, Citi Indonesia memperkirakan BI akan menurunkan tingkat suku bunga.
"Dengan demikian, kami melihat suku bunga acuan di semester II tahun ini menurun ke lima persen dari yang sekarang posisinya 5,75 persen," ujar Helmi.
Sumber: ekonomi.republika.co.id
Artikel Terkait
Suami Wardatina Mawa Akui Sudah Menikah dengan Inara Rusli, Tunjukkan Bukti: Maskawin-Saksi Nikah
Menhan Sjafrie Warning Bahaya! Ada Negara dalam Negara, TNI Langsung Disiagakan Amankan Bandara IMIP
Isu Bandara Ilegal PT IMIP Diungkap, Said Didu: Pintu Masuk Skandal Tambang Era Jokowi?
Cara Download Snack Video Tanpa Watermark Tercepat dan Paling Mudah 2026