Ia menjelaskan bahwa operasi Badai Topan Al-Aqsha terjadi setelah kezaliman Zionis mencapai puncaknya dalam penodaan Masjid Al-Aqsha.
"Musuh (Israel) mengira bahwa dengan menutup Al-Aqsha bagi rakyat Palestina, melepaskan kawanan pemukim Yahudi, dan memicu perang agama, mereka dapat menghancurkan masjid kami, menghina Nabi kami, dan melanggar Tempat Suci setelah Dua Masjid Suci (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi), mereka akan lolos dari hukuman atas kejahatan mereka.
Abu Ubaidah menambahkan bahwa Israel menganggap dapat menguasai rakyat di Tepi Barat, membunuh ratusan warganya dalam dua tahun terakhir, dan melukai ribuan lainnya.
Dia menunjukkan bahwa Israel berpikir bahwa dengan membatasi warga kami di wilayah pendudukan dan memicu kejahatan, itu tidak akan berlangsung tanpa sanksi.
Musuh juga berpikir bahwa dengan memblokade, mencekik, membatasi, dan membunuh Gaza secara perlahan, itu akan terjadi tanpa hukuman.
Juru bicara Al-Qassam ini menekankan bahwa kejahatan Israel, yang diabaikan oleh dunia dan PBB meskipun teriakan kaum tertindas dan terzalimi, adalah respon terhadap agresi yang dimulai oleh pendudukan.
"Hari ini, Anda mendengar Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant, yang sudah tua, berbicara tentang 'binatang manusia,' merujuk pada 'singa-singa pejuang Palestina' yang menghadapi 'babi tentara Israel.'," katanya.
Dia menekankan bahwa Israel, meskipun memiliki semua senjata dan pasukan elit selama 60 jam hingga saat ini, tidak mampu menghadapi tentara Al-Qassam, dan semua upaya ini tidak berhasil. Israel tidak akan berhasil menghadapi kebenaran dan konfrontasi dengan elit Al-Qassam.
Sumber: suara
Artikel Terkait
3 Tahun Nganggur, Sule Sentil Sosok Artis yang Jadi Biang Kerok, Kini Andalkan Penghasilan di TikTok
Pandji Pragiwaksono Terancam Denda 50 Kerbau Akibat Candaan soal Adat Toraja
Jokowi dan Budi Arie, Dua Orang Paling Ruwet
Begini Tanggapan Ignasius Jonan Soal Utang Whoosh usai Temui Prabowo