NARASIBARU.COM - Lebih dari 200 hari pemerintahan Prabowo Subianto berjalan, berbagai kritik mulai bermunculan terkait kinerja kabinet yang dinilai belum optimal.
Ketua Dewan Direktur Great Institute, Syahganda Nainggolan, dalam wawancara dengan Poempida Hidayatullah di Forum Keadilan TV, Jumat (11/7/2025), menyoroti permasalahan mendasar dalam kabinet Prabowo.
Syahganda menilai Prabowo terjebak dengan komitmen untuk menggendong warisan Jokowi, termasuk Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan sejumlah menteri yang direkomendasikan mantan presiden tersebut.
“Wapresnya ini kan lebih bodoh daripada menterinya. Sudah hampir setahun dengan orang-orang yang membantu Prabowo ini hancur semua,” kata Syahganda tegas.
Ia menyebut dua menteri yang menjadi sorotan, yakni Budi Arie Setiadi dan Budi Sadikin, yang menurutnya telah menjadi beban dan menimbulkan keributan.
Khusus untuk Budi Sadikin, Syahganda menyoroti latar belakangnya sebagai ahli nuklir yang ditugaskan di bidang kesehatan.
“Bagaimana seorang menteri ahli nuklir bukan ahli kedokteran kenapa enggak ditugaskan urusan nuklir aja? Ini kan yang harus dicari Prabowo, dia selidikin suruh intelijen selidikin kenapa Jokowi dulu nunjuk dia,” ujarnya.
Meski mengkritik kabinet, Syahganda mengakui kehebatan Prabowo di kancah internasional.
Ia mencontohkan saat Prabowo berbicara di forum ekonomi Rusia bersama Vladimir Putin, yang menunjukkan kemampuan presiden dalam menjelaskan posisi Indonesia dalam politik dunia.
“Orang selevel ini sampai sekarang kita melihat tidak didukung orang-orang atau kabinet yang mumpuni. Sehingga pencapaian-pencapaian itu tidak tercapai,” kata Syahganda.
Ia juga menyoroti masalah konsistensi dalam kebijakan.
Sebagai contoh, Prabowo sempat berkomitmen dengan Putin untuk membangun PLTN, namun kemudian muncul rencana serupa dengan Bill Gates dan Hasyim Djojohadikusumo.
Syahganda menyinggung perbedaan visi antara Prabowo yang menargetkan pertumbuhan ekonomi 8% dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang hanya memproyeksikan 4,5%.
Menurutnya, gap ini mencerminkan perbedaan ideologi ekonomi yang mendasar.
“Kalau saya jadi presiden pasti saya pecat Sri Mulyani. Saya enggak mau dong karena saya yakin bisa 8%,” kata Syahganda menggambarkan apa yang mungkin ada di pikiran Prabowo.
Berdasarkan survei yang dikutip Syahganda, reputasi Jokowi turun lebih cepat dibanding SBY saat meninggalkan jabatan.
Kondisi ini berpotensi mempengaruhi pemerintahan Prabowo mengingat banyaknya orang Jokowi di kabinet.
“Banyak persoalan dengan Prabowo dikarenakan adanya orang-orang Jokowi di dalamnya. Salah satunya ya wapresnya Gibran,” kata Poempida Hidayatullah membuka diskusi.
Syahganda menyarankan Prabowo melakukan reshuffle dengan membentuk kabinet zaken (kabinet ahli) yang mengutamakan profesionalisme ketimbang kepentingan partai.
“Rakyat butuh kepastian ini orangnya zaken enggak, profesional enggak. Apakah partai-partai itu ngasih stok-stok orang yang bagus atau enggak, itu aja pertanyaan masyarakat,” ujarnya.
Ia juga menyarankan agar Prabowo mencontoh masa kepresidenan Soeharto yang memiliki senior minister untuk bidang-bidang strategis, mengingat saat ini tidak terlihat adanya menteri koordinator yang menonjol.
Syahganda menutup dengan peringatan bahwa krisis kepercayaan masyarakat terhadap Prabowo bisa semakin turun jika tidak segera mengambil langkah tegas.
“Mimpi Pak Prabowo untuk sukses ya udah, ini overhaul dong kalau bahasa kita. Mobil tuh overhaul. Udah cuci gudang sekarang,” tegasnya.
Meski demikian, ia tetap berharap rakyat Indonesia mencintai Prabowo karena menilai presiden tulus ingin membangun bangsa dan selalu mengutamakan kepentingan nasional.
TAGS
AA
Sumber: JakartaSatu
Artikel Terkait
Saran Menohok Rocky Gerung Untuk Gibran: Urus Brain Care di Papua, Bukan Cuma Skincare!
PB HMI Dukung Pemakzulan Wapres, Gibran Center Murka: Jangan Rusak Organisasi!
Terbongkar! Data Gelar Akademik Paiman Raharjo Berbeda dengan Kemendikbud, Banyak Kejanggalan Terungkap
UPDATE! Dokter Tifa Makin Yakin Ijazah Jokowi Palsu, Ungkap 2 Bukti Konkret Ini