Blunder Fatal! Gudang Senjata AK47 Muncul di Film Anak Merah Putih One For All

- Jumat, 08 Agustus 2025 | 18:45 WIB
Blunder Fatal! Gudang Senjata AK47 Muncul di Film Anak Merah Putih One For All




NARASIBARU.COM - Kontroversi film animasi "Merah Putih One for All" makin mencapai puncaknya.


Publik justru dikejutkan dengan temuan baru yang jauh lebih fatal dan absurd.


Setelah dikritik karena kualitas animasi kaku, tudingan "proyek kejar setoran", hingga website produser yang mendadak lenyap, kini mata jeli warganet menemukan detail yang sama sekali tidak terduga yakni penampakan gudang senjata berisi senapan serbu laras panjang di dalam sebuah adegan.


Temuan ini sontak menjadi viral, disebarkan lewat meme dengan tulisan bernada sarkas,


 "Mengapa sebuah desa memiliki gudang senjata, Bung." 


Dalam tangkapan layar yang beredar luas, terlihat jelas beberapa pucuk senjata yang diduga mirip senapan AK-47 terpajang rapi di sebuah rak.


Pemandangan ini sangat kontras dengan karakter anak-anak yang menjadi tokoh utama film tersebut.


Blunder ini mengangkat level kontroversi dari sekadar "karya berkualitas rendah" menjadi "karya yang gagal sensor dan tidak pantas" untuk target audiens utamanya: anak-anak.


Detail Janggal yang Lolos dari Pengawasan


Penampakan rak senjata ini menjadi bukti paling sahih yang mendukung teori bahwa produksi film ini dilakukan secara terburu-buru dan tanpa kontrol kualitas yang memadai.


Bagaimana mungkin detail sefatal ini bisa lolos dari mata produser, sutradara, hingga tim editor?


Munculnya senjata api dalam film yang seharusnya mengangkat tema nasionalisme dan petualangan anak-anak ini memicu sejumlah pertanyaan serius mengenai kegagalan konsep, aset digital yang asal dipakai, atau kegagalan dalam sensitivitas.


Jika sebelumnya publik mengkritik dengan nada kecewa, temuan "gudang senjata" ini mengubah amarah menjadi lelucon massal.


Media sosial dibanjiri oleh teori-teori kocak dari warganet.


"Pantesan benderanya hilang, ternyata desanya mau dipakai buat basis Gerakan Anak Mencari bendera," canda seorang pengguna di X.


Lelucon ini, meskipun terdengar konyol, adalah bentuk kritik paling pedas.


Publik sudah tidak lagi menganggap film ini secara serius. Kegagalan produksi telah mengubah sebuah karya yang (seharusnya) heroik menjadi bahan tertawaan nasional.


Bagi produser PT Perfiki Kreasindo dan Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, ini adalah pukulan telak yang mungkin sulit untuk dipulihkan. 


Blunder ini bukan lagi soal selera atau kemampuan teknis, tetapi sudah masuk ke ranah kelalaian dan kompetensi dasar dalam memproduksi film, terutama film untuk keluarga.


Diamnya pihak produser di tengah badai kontroversi, ditambah dengan hilangnya website resmi mereka, kini terlihat semakin mencurigakan.


Publik menuntut jawaban, bukan hanya permintaan maaf, tetapi juga penjelasan logis di balik serangkaian kejanggalan yang membuat "Merah Putih One for All" menjadi salah satu kasus kegagalan film paling fenomenal bahkan sebelum resmi dirilis.


👇👇



Sumber: Suara

Komentar