"Tidak ada pesan tentang pentingnya demokrasi yang berkualitas dan pemilu yang jujur. Padahal Pemilu 2024 tinggal lima bulan lagi," papar Ubedilah.
Tak hanya itu, lanjut Ubedilah, Presiden Jokowi juga tidak menyampaikan sama sekali tentang perkembangan atau nasib IKN.
"Jokowi justru bicara soal international trust (kepercayaan internasional) yang diklaim bagus dengan contoh pertemuan G20 dan Ketua ASEAN. Padahal hal itu sesungguhnya sangat seremonial, rutin dan bergiliran antarnegara," tutur Ubedilah.
Ubedilah menilai, sesungguhnya Jokowi tidak mampu menunjukkan contoh yang lebih maju dari international trust, misalnya soal naik tidaknya investasi. Faktanya, kata Ubedilah, Jokowi kesulitan menarik investor asing termasuk investasi ke pembangunan IKN.
"Saking sulitnya Jokowi sampai harus menyerahkan pembangunan IKN ke China. Jokowi terlihat senang dengan agenda hilirisasi, padahal belum ada detail laporan siapa yang paling diuntungkan dengan kebijakan hilirisasi," beber Ubedilah.
"Jokowi tampak terlihat menjual mimpi tentang pendapatan per kapita yang akan naik. Saya sebut mimpi, karena pendapatan per kapita yang Jokowi sebut akan mencapai Rp331 juta per tahun itu semua baru target bukan realitas. Faktanya pada 2022 lalu rata-ratanya hanya Rp71 juta per tahun," sambung Ubedilah menutup.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Prabowo Ambil Alih Tanggung Jawab Whoosh? Tunggu Dulu! Puan Mau Bongkar-bongkaran soal Keputusan di Era Jokowi
Respons Keras Said Didu saat Prabowo Sebut Bertanggung Jawab atas Whoosh: Presiden Cabut Taring Purbaya!
Prof Henri Balik Badan Kritik Jokowi: Anaknya Belum Siap, Direkayasa Dipaksakan jadi Wapres
Saut Situmorang: Luhut jadi Dewa Penyelesaian Kebusukan Whoosh