Luhut Pernah Cawe-cawe Saat TNI AU Tangkap Pekerja China yang Garap Stasiun Kereta Cepat

- Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:50 WIB
Luhut Pernah Cawe-cawe Saat TNI AU Tangkap Pekerja China yang Garap Stasiun Kereta Cepat


NARASIBARU.COM
- Mungkin tak banyak lupa, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan pernah turun tangan ketika pembangunan Stasiun Whoosh di Halim, Jakarta Timur. Kala itu, KASAU Marsekal TNI Agus Supriatna, menolak karena itu aset TNI AU. 

“Dulu saya tolak betul itu, enggak boleh. Saya ingat, pertama kali, ada 5-6 orang Cina. Jangankan bahasa Indonesia, bahasa Inggris mereka tidak bisa. Bawa alat-alat ke Halim itu,” tutur Agus dikutip dari siniar Anak Bangsa Channel, Selasa (21/10/2025).

Saat itu, Agus memerintahkan anak buahnya untuk mengamankan para pekerja asing tersebut, beserta seluruh peralatan yang dibawa ke area Halim tanpa izin.

“Saya suruh anak buah saya tangkap, sita semua barang-barangnya. WNA semua, tanpa izin. Kalau ada surat izinnya, masak saya tangkap dan sita,” terang Agus.

Menariknya, Agus mengira akan dihubungi pejabat dari Kementerian BUMN atau Kementerian Perhubungan pasca penangkapan itu. Karena, tindakan tersebut berkenaan dengan proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang saat ini bernama Kereta Whoosh.

Ternyata, Agus terkaget-kaget karena yang menghubunginya diluar ekspektasi. Tak lain adalah seniornya, Luhut Binsar Pandjaitan yang kala itu menjabat Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves).

“Saya bingung dan kaget kok yang nelepon saya, bukan Menteri BUMN. Dan, bukan Menteri Perhubungan. Ini kok malah Pak Luhut Binsar Pandjaitan. Saya berpikir positif saja, mungkin beliau ingin memastikan langkah saya benar,” jelasnya.

Agus menambahkan, para pekerja asing itu sempat akan dideportasi. Namun, tidak diketahui secara pasti apakah deportasi benar-benar dilakukan. “Ternyata mereka ada rencana dideportasi, tapi berangkatnya saya nggak nganter, soalnya. Saya juga nggak tahu deportasi bener atau tidaknya,” katanya.

Kini, proyek Kereta Whoosh dirundung masalah serius. Biaya pembangunan sebesar US$7,26 miliar atau setara Rp119,79 triliun (asumsi kurs Rp16.500/US$).

Sudah termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) US$ 1,21 miliar (Rp19,96 triliun) dari nilai investasi awal yang ditetapkan senilai US$ 6,05 miliar (Rp 99,82 triliun).

Mayoritas porsi dana pengerjaan proyek Whoosh diperoleh dari utang pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga utang mencapai 3,3 persen bertenor hingga 45 tahun. Untuk bayar bunganya saja perlu dana besar Rp2 triliun per tahun. Alhasil, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku operator Kereta Whoosh sulit untung. Bisa impas saja itu mukjizat.

Agus yang juga Ketua Umum Forum Penyelamat Demokrasi dan Reformasi itu, mengakui, proyek Kereta Whoosh meman sarat masalah mulai awal hingga beroperasi. Berpotensi menimbulkan kerugian finansial setiap tahun.

“Utangnya kayak begitu bertambah tiap tahun, merugi. Kapasitas aja maksimum sampai 40 persen. Tapi DPR kan diam semua, makanya saya juga ikut diam,” ujarnya.

Agus pun menyatakan dukungannya terhadap langkah tegas Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak penggunaan APBN untuk menutup utang proyek kereta cepat.

“Sudah disampaikan seperti ini, menolak membayar utang kereta cepat, saya setuju sekali dengan Pak Purbaya. Dan harus terus nih, tetap komitmen dengan apa yang beliau sampaikan,” tegasnya.

Sumber: inilah

Komentar