“Ada bukti kerusuhan terorganisir yang terjadi,” katanya di hadapan jurnalis, seraya menambahkan bahwa peninjauan tersebut akan memastikan pihaknya mengamankan demokrasidan supremasi hukum.
Sekitar 1.000 personel militer disiagakan untuk mencegah kerusuhan lebih lanjut, katanya.
Kekerasan di ibu kota mereda pada hari Kamis (11/01), dan pemerintah mengerahkan polisi tambahan untuk menjaga ketertiban.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Port Moresby mengatakan polisi telah kembali bekerja, namun ketegangan masih tinggi.
“Ketenangan yang relatif dapat berubah sewaktu-waktu,” katanya dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa pihaknya telah menerima laporan kekerasan di beberapa wilayah lain di negara tersebut.
Beberapa warga China terluka ringan, dan toko-toko milik Tiongkok menjadi sasaran vandalisme dan penjarahan, kata kedutaan China.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese mengatakan komisi tinggi negaranya sedang memantau situasi tersebut, dan Canberra belum menerima permintaan bantuan apa pun dari Papua Nugini, yang secara rutin didukungnya dalam bidang kepolisian dan keamanan.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: thepapuajournal.com
Artikel Terkait
Mulai 1 Februari 2025, Elpiji 3 kg Tak Lagi Dijual di Pengecer
Peringatan BMKG: Gempa Megathrust Mentawai-Siberut Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8.9
Prihatin Soal Konflik PKB vs PBNU, Komunitas Ulama dan Nahdliyin Keluarkan 9 Rekomendasi
Cabut Pasal Penyediaan Alat Kontrasepsi, DPR: Jangan Buka Ruang Generasi Muda untuk Berzina!