Video Polri Pahlawan Masa Kini Kena Kritik AI Elon Musk: Berpotensi Menyesatkan

- Selasa, 24 Juni 2025 | 07:45 WIB
Video Polri Pahlawan Masa Kini Kena Kritik AI Elon Musk: Berpotensi Menyesatkan


Video promosi Divis Humas Polri bertajuk 'Pahlawan Masa Kini' yang menglorifikasi anggotanya sendiri, mendapat peringatan komunitas atau Community Notes di media sosial X.

Dalam catatan itu disebutkan, anggota polisi banyak terlibat kasus pembunuhan, sehingga kontras terhadap narasi Divisi Humas Polri soal anggotanya sebagai pahlawan masa kini.

Divisi Humas Polri mengambil langkah berani dengan meluncurkan video promosi berbasis artificial intelligence alias AI bertajuk 'Pahlawan Masa Kini', video yang diunggah di platform X (sebelumnya Twitter), Minggu (22/6/2025).

Untuk diketahui, video tersebut dirilis untuk menyambut HUT ke-79 Bhayangkara yang jatuh pada 1 Juli mendatang.

Tujuannya mulia, menampilkan citra heroik polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.

Namun, alih-alih menuai pujian, kampanye digital ini justru menjadi bumerang dan memicu badai kritik dari warganet.

Video ini seolah ingin menunjukkan bahwa di era digital, narasi kepahlawanan pun bisa dikemas secara futuristik.

Tapi, pesan yang ingin disampaikan tampaknya gagal diterima oleh audiens yang kini semakin kritis dan mendambakan otentisitas.

Narasi Heroik Polri di Dunia AI

Secara konsep, video promosi ini kaya akan simbolisme.

Divisi Humas Polri mencoba membangun narasi bahwa polisi adalah pahlawan tanpa jubah yang selalu hadir di setiap lini kehidupan masyarakat.

Pesan pembukanya sangat kuat: “Polisi adalah sosok pahlawan masa kini. Tanpa jubah, tanpa sorotan mereka berdiri di garda terdepan, melindungi masyarakat dari segala bentuk kejahatan dan marabahaya.”

Visual AI yang disajikan pun penuh dengan kiasan kepahlawanan. Sosok polisi bersayap digambarkan menjaga anak-anak sekolah, melambangkan perlindungan terhadap generasi masa depan.

Dalam adegan bencana banjir, polisi tampil sebagai penyelamat yang sigap.

Lalu, polisi diposisikan sebagai penjaga kebenaran di dunia maya dari ancaman hoaks.

Digambarkan pula anggota Polri sebagai figur yang memberikan ketenangan dan harapan bagi mereka yang terluka.

Video ditutup dengan penampilan jajaran polisi dalam kostum layaknya superhero, diiringi slogan pamungkas: “Polri untuk masyarakat, melindungi, mengayomi, dan melayani tanpa henti.”


Video Divisi Humas Polri dapat catatan komunitas X. Tak hanya itu, Grok atau AI milik Elon Musk juga memberikan kritik terhadap video tersebut. [Suara.com/X]

Bukan Pujian, Malah Banjir Cibiran

Ironisnya, narasi heroik yang dibangun dengan susah payah melalui teknologi AI ini runtuh seketika di kolom komentar.

Warganet, terutama dari kalangan milenial dan Gen Z, justru melihatnya dari sudut pandang yang sama sekali berbeda.

“Kenapa pake AI min? Emang gak ada footage lagi mengayomi masyarakat beneran? Ini nanya beneran ya min,” tulis akun @PHN3***.

“Anggaran segini banyak masih aja bikin video dari AI, mana hasilnya jelek banget lagi,” komentar @snack***.

“Udah editannya jelek, kinerjanya juga jelek,” sindir akun @Mick***, secara langsung menghubungkan kualitas video dengan kinerja institusi di dunia nyata.

Sentilan 'Community Notes' X

Tak hanya itu, salah satu unggahan Divisi Humas Polri di platform X bahkan mendapat peringatan dari fitur Community Notes.

Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menambahkan konteks atau koreksi pada unggahan yang dianggap bisa menyesatkan.

Pada sebuah unggahan promosi, muncul catatan komunitas yang secara gamblang mengingatkan publik akan sisi kelam institusi.

Catatan tersebut menyoroti fakta bahwa terdapat sejumlah kasus pembunuhan yang justru melibatkan oknum anggota kepolisian sebagai pelakunya.

"Pada twit ini polisi mengklaim sebagai pelindung masyarakat, namun terdapat banyak kasus pembunuhan dilakukan oleh anggota kepolisian," demikian catatan komunitas yang diterakan X.

Untuk diketahui, jika kolom komentar bisa dianggap sebagai opini personal, Community Notes X memiliki bobot lebih karena merupakan hasil kolaborasi dan verifikasi pengguna yang disematkan langsung di bawah unggahan resmi.

Peringatan ini menjadi bukti nyata betapa publik kini memiliki alat untuk menantang narasi sepihak dan menuntut akuntabilitas.

Tak hanya itu, terdapat pula penjelasan dari Grok, yakni AI milik X terhadap konten Divisi Humas Polri tersebut.
Sama seperti catatan komunitas X, Grok juga memperingatkan keterlibatan anggota Polri dalam sejumlah kasus pembunuhan.

Grok juga ikut memberikan penilaian terhadap video Polri tersebut yang berbasiskan AI.

Berikut 3 penilaian Grok terhadap unggahan Divisi Humas Polri tersebut: 
  1. Teknis Seni: Visual dramatis dengan efek AI seperti sayap bercahaya menarik perhatian, mirip iklan global seperti Nike. Namun, penelitian menunjukkan iklan AI sering dianggap kurang autentik dan mudah dilupakan, berisiko mengurangi dampak.
  2. Etik: Iklan menggambarkan polisi sebagai pahlawan, tetapi bertentangan dengan laporan korupsi dan kekerasan polisi, berpotensi menyesatkan dan melanggar pedoman etik AI Indonesia yang menekankan kejujuran dan prevensi bahaya.
  3. Kenyataan Lapangan: Iklan menonjolkan peran pelindung, didukung beberapa aksi komunitas polisi di X. Namun, realitas korupsi dan ketidakpercayaan publik menciptakan kesenjangan, memicu skeptisisme terhadap narasi heroik. https://grok.com.
Sumber: suara
Foto: Video Divisi Humas Polri dapat catatan komunitas X. Tak hanya itu, Grok atau AI milik Elon Musk juga memberikan kritik terhadap video tersebut. [Suara.com/X]

Komentar