Dibeberkan lebih lanjut, OK meninggal karena dikeroyok sesama tahanan di dalam sel. Ada 10 orang tahanan yang juga ditetapkan sebagai tersangka. ”Jadi meninggalnya itu karena (ulah) 10 orang tahanan dalam sel. Telah kita tetapkan tersangka, yaitu masyarakat. Kemudian, sudah kita limpahkan tahap I, yang menunggu tahap dua,’’ katanya.
Sepuluh tahanan itu adalah DI, 23; GW, 25; AD, 33; SL, 23; YT, 38; DA, 28; LW 24; ZA, 19; YA, 20; dan IW, 27. Buntut meninggalnya OK, lanjut Luthfi, pihaknya langsung memeriksa 11 anggota Polresta Banyumas. ”Jadi, 11 anggota ini pemeriksaan dari Propam. Empat anggota kita kenakan terkait dengan disiplin, kemudian tujuh orang kita lakukan terkait dengan kode etik,” lanjut Luthfi.
Setelah didalami kembali, lanjut Luthfi, empat anggota di antara tujuh yang diperiksa terkait kode etik tersebut masuk ke ranah pidana. Terkait alasan pengeroyokan yang dilakukan oleh 10 tahanan, Luthfi menyampaikan adanya kelalaian dari personel yang melakukan penjagaan. Mereka tidak mengawasi tahanan.
”Pada saat proses penangkapan, ada empat anggota terbukti melakukan tindak pidana, entah itu mukul dan lain-lain. Nanti wujud perbuatannya kita dalami dalam suatu berkas perkara pada saat sidang,’’ jelasnya.
Luthfi sudah memberikan peringatan kepada seluruh jajaran anggota Polda Jawa Tengah bahwa penegakan hukum tidak boleh dilakukan dengan melanggar hukum. ”Oleh karena itu, menjadi komitmen kita untuk melakukan penyelidikan secara transparan, untuk jadi pelajaran. Sehingga institusi kita menjadi sehat, dalam rangka memberikan rasa keadilan kepada masyarakat,’’ jelasnya.
Sementara itu, dalam kesempatan wawancara dengan media pada pertengahan bulan lalu, keluarga OK mengaku belum puas kalau hanya sesama tahanan yang diproses. "Yang menangkap, menahan, dan menyiksa anak saya sebelum disel juga harus diproses hukum," kata Jarkam, ayah OK, saat ditemui di rumahnya di Desa Purwosari, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, seperti dilansir Radar Banyumas (15/6).
Sumber: jawapos
Artikel Terkait
Bengisnya Bripda Waldi Polisi di Jambi: Bunuh-Perkosa Dosen karena Asmara
Tanda Alam Sebelum Raja Solo Wafat, Pohon Besar Tumbang di Pesanggrahan Langenharjo
Dosen Cantik di Jambi Tewas Diduga Diperkosa & Dibunuh Oknum Polisi, Mobil & Sepeda Motor Dibawa Kabur
Mahasiswa di Sibolga Tewas Dikeroyok Gara-gara Tidur di Masjid, Kepala Korban Dihantam Buah Kelapa