Dahlan mengakui tidak mudah melawan mesin di medsos yang dibuat untuk membangun persepsi. Ia merasa orang-orang akan lebih memilih persepsi yang sudah terbangun dibandingkan fakta sebenarnya.
"Biasanya fakta itu membosankan dan persepsi menarik. Kita semua menghadapi itu, rektor menghadapi itu, apakah marketing menghadapi itu? Karena marketing membangun persepsi secara masif dan bertubi-tubi," ujar Dahlan.
Dahlan menuturkan tidak mudah melacak mesin, termasuk buzzer yang membangun persepsi di medsos. Ia menyebut sudah ada penelitian tentang buzzer tapi belum bisa mengungkap detailnya.
"Siapa sebetulnya buzzer, linknya ada berapa tingkat, misalnya yang punya membayar siapa. Sehingga tidak bisa dilacak siapa yang punya uang buzzer itu karena disconnect linknya. Ini tantangan baru terutama bagi orang-orang yang menegakkan keadilan dan kebenaran," tutur Dahlan.
Sumber: kumparan
Artikel Terkait
Jokowi Bukan Siapa-Siapa Lagi Usai Satu Tahun Lengser
Sangat Wajar Rakyat Menuntut Pertanggungjawaban Jokowi
Profil Pewaris Djarum Victor Rachmat Hartono yang Terseret Dugaan Korupsi Pajak
Ogah Halalkan Thrifting Purbaya: Kalau Ganja Bayar Pajak Apa Jadi Legal?