Wapres Gibran Dikritik Habis: Sibuk Bagi-Bagi Sembako, Padahal Aksi Demonstrasi Memanas!

- Sabtu, 06 September 2025 | 18:50 WIB
Wapres Gibran Dikritik Habis: Sibuk Bagi-Bagi Sembako, Padahal Aksi Demonstrasi Memanas!




NARASIBARU.COM - Jurnalis Senior, Agi Betha menyoroti soal kegiatan Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka belakangan ini usai Presiden Prabowo Subianto bertolak ke China.


Tugas dari seorang presiden yang seharusnya kini bisa digantikan oleh Gibran, menurut Agi justru tidak tercover.


“Kalau melihat aktivitas Gibran belakangan ini ya, kita melihatnya bukan sebagai orang yang berada di struktur tertinggi dan malah kalah dari bawahannya, yaitu anggota kabinet lainnya, Menko, Kepolisian, Menteri,” ujar Agi, dikutip dari youtube Off The Record FNN, Sabtu (6/9/25).


“Tidak berubah, misalnya di Medan dia ikut acara di Gereja. Padahal di Medan itu rusuh tidak berhenti, bahkan diberlakukan WFH, sampai mahasiswa USU juga disuruh belajar di rumah,” tambahnya.


Menurut Agi, kondisi Indonesia yang kini tengah panas dengan adanya aksi demonstrasi diberbagai kota besar, harusnya mendapat perhatian lebih dari Gibran.


Namun, Agi menilai Gibran justru tidak berperan dalam hal menjadi tangan kanannya Presiden Prabowo.


“Kalau saya lihat disemua kota itu masih ramai (Aksi Demonstrasi), jadi seharusnya Gibran sekarang ini kan menjadi tangannya Pak Prabowo setidaknya,” ucapnya.


“Tapi itu justru tidak terlihat sama sekali,” imbuhnya.


Agi menduga bahwa yang akan terjadi justru Presiden Prabowo turun tangan sendiri dengan melakukan pertemuan secara online bersama bawahannya.


“Jadi mungkin kejadiannya seperti waktu yang lalu, dimana Pak Prabowo dari luar tetap melakukan pertemuan secara online (Zoom meeting) dengan bawahannya dan kemudian memerintahkan ini itu,” terangnya.


“Kalau saya melihatnya kejadiannya akan seperti itu,” tambahnya.


Agi mengatakan dengan kondisi Indonesia yang tengah panas, Gibran justru memilih untuk melakukan hal-hal yang seharusnya bisa dilakukan oleh rakyat biasa.


“Apa yang dilakukan Gibran ini hampir sama dengan apa yang dilakukan rakyat biasa. Jadi seperti misalnya dia tetap bagi – bagi sembako,” ujarnya.


“Mirip bapaknya, dan itu sekarang diturunkan pada Gibran dan Bobby ya.S Bobby juga membagikan sembako, karena memang itu taktiknya ya,” sambungnya.


Agenda bagi-bagi sembako yang dilakukan Gibran belakangan ini menurut Agi sangat kurang pas dengan momennya, sehingga ia menyebutnya hal itu hanya sebagai pencitraan saja.


“Jadi kalau dalam hal ini kita melihat itu pencitraan kan,” ucap Agi.


“Apasih dampak dari bagi-bagi sembako? Itu kan hanya spot itu saja, sangat kecil. Yang seharusnya itu bisa dilakukan oleh teman-teman LSM atau ibu-ibu peduli,” tambahnya.


Agi kemudian mengatakan bahwa bagi-bagi sembako adalah cara lawas yang dilakukan Presiden ke 7, Joko Widodo.


Cara tersebut kini menurut Agi diturunkan pada anak-anaknya. Agi juga menduga cara tersebut tidak akan pernah ditinggalkan.


“Saya rasa ini juga tim medianya atau tim konsultannya tetap memberikan petunjuk itu melakukan itu (bagi-bagi sembako). Karena memang ini berhasil ya waktu jaman Jokowi, selama 10 tahun itu semuanya berhasil, bahkan juga berhasil untuk menaikkan Gibran,” urainya.


“Jadi sepertinya cara itu tidak akan ditinggalkan,” sambungnya.


Prabowo Bertolak ke China


Presiden Prabowo Subianto bertolak ke China untuk memenuhi undangan Presiden Xi Jinping, pada Selasa, 2 September 2025.


Informasi ini disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi melalui unggahan Video Youtube Setpres.


Menurut keterangan Hadi, Kunjungan Prabowo ke China tersebut untuk menjaga hubungan baik kantar-kedua negara.


Sementara itu agenda utama kunjungan Prabowo ke China ini menurut Hadi adalah untuk menghadiri undangan parade militer.


Parade Militer di China tersebut menjadi ajang Presiden Xi Jinping menegaskan diri sebagai penjaga tatanan internasional di tengah ketidakpastian geopolitik.


Selain Presiden Prabowo, ada lebih dari 20 pemimpin dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang hadir di Beijing.


Sumber: Suara

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

JOKO Widodo alias Jokowi sudah lengser. Tak lagi punya kekuasaan. Presiden bukan, ketua partai juga bukan. Di PDIP, Jokowi pun dipecat. Jokowi dipecat bersama anak dan menantunya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Bobbby Nasution. Satu paket. Anak bungsu Jokowi punya partai, tapi partainya kecil. Yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai gurem ini tidak punya anggota di DPR RI. Di Pemilu 2024, partai yang dipimpin Kaesang ini memperoleh suara kurang dari empat persen. Pada posisi seperti ini, apakah Jokowi lemah? Jangan buru-buru menilai bahwa Jokowi lemah. Lalu anda yakin bisa penjarakan Jokowi? Sabar! Semua ada penjelasan ilmiahnya. Semua ada hitung-hitungan politiknya. Manusia satu ini unik. Lain dari yang lain. Langkah politiknya selalu misterius. Tak mudah ditebak. Publik selalu terkecoh dengan manuvernya. Anda tak pernah menyangka Gibran jadi walikota, lalu jadi wakil presiden sebelum tugasnya sebagai walikota selesai. Anda tak pernah menyangka Kaesang jadi ketum PSI. Prosesnya begitu cepat. Tak ada yang prediksi Airlangga Hartarto mundur mendadak dari ketum Golkar. Anda juga tak pernah menyangka suara PDIP dan Ganjar Pranowo dibuat seragam yaitu 16 persen di Pemilu 2024. Persis sesuai yang diinginkan Jokowi. Anda nggak pernah sangka UU KPK direvisi. UU Minerba diubah. Desentralisasi izin tambang diganti jadi sentralisasi lagi. Omnibus Law lahir. IKN dibangun. PIK 2 jadi PSN. Bahkan rektor universitas dipilih oleh menteri. Ini out of the box. Nggak pernah ada di pikiran rakyat. Tapi, semua dengan begitu mudah dibuat. Mungkin anda nggak pernah berpikir mobil Esemka itu bodong. Anda juga nggak pernah menyangka ketua FPI dikejar dan akan dieksekusi oleh aparat di jalanan. Juga nggak pernah terlintas di pikiran ada Panglima TNI dicopot di tengah jalan. Ini semua adalah langkah out of the box. Tak pernah terlintas di kepala anda. Di kepala siapa pun. Ketika anda berpikir Jokowi melemah pasca lengser, ternyata orang-orang Jokowi masuk kabinet. Jumlahnya masih cukup banyak dan signifikan. Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri sekarang adalah orang-orang yang dipilih di era Jokowi. Ketika anda tulis Adili Jokowi di berbagai tempat, Kaesang, anak Jokowi justru pakai kaos putih bertuliskan Adili Jokowi. Pernahkah Anda menyangka ini akan terjadi? Teriakan Adili Jokowi kalah kuat gaungnya dengan teriakan Hidup Jokowi. Ini tanda apa? Jelas: Jokowi masih kuat dan masih punya kesaktian. Semoga pemimpin zalim seperti Jokowi Allah hancurkan. inilah doa sejumlah ustaz yang seringkali kita dengar. Apakah Jokowi hancur? Tidak! Setidaknya hingga saat ini. Esok? Nggak ada yang tahu. Dan kita bukan juru ramal yang pandai menebak masa depan nasib orang. Kalau cuma 1.000 sampai 2.000 massa yang turun ke jalan untuk adili Jokowi, nggak ngaruh. Ngaruh secara moral, tapi gak ngaruh secara politik. Beda kalau satu-dua juta mahasiswa duduki KPK, itu baru berimbang. Emang, selain 1998, pernah ada satu-dua juta mahasiswa turun ke jalan? Belum pernah! Massa mahasiswa, buruh dan aktivis saat ini belum menemukan isu bersama. Isu Adili Jokowi tidak terlalu kuat untuk mampu menghadirkan satu-dua juta massa. Kecuali ada isu lain yang menjadi triggernya. Contoh? Gibran ngebet jadi presiden dan bermanuver untuk menggantikan Prabowo di tengah jalan, misalnya. Ini bisa memantik kemarahan massa untuk terkonsentrasi kembali pada satu isu. Contoh lain: ditemukan bukti yang secara meyakinkan mengungkap kejahatan dan korupsi Jokowi, misalnya. Ini bisa jadi trigger isu. Ini baru out of the box vs out of the box. Tagar Adili Jokowi bisa leading. Kalau cuma omon-omon, ya cukup dihadapi oleh Kaesang yang pakai kaos Adili Jokowi. Demo Adili Jokowi lawannya cukup Kaesang saja. Jokowi terlalu tinggi untuk ikut turun dan menghadapinya. Sampai detik ini, Jokowi masih terlalu perkasa untuk dihadapi oleh 1.000-2.000 massa yang menuntutnya diadili. rmol.id *Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Terkini