Keanehan terbesar adalah ambivalensi Joko Widodo soal calon presiden. Partainya sudah jelas mendukung Ganjar, namun Joko Widodo terlihat tidak tegas menentukan dukungan.
Hal itu membuka peluang tafsir bahwa Jokowi mendua soal calon presiden, bahkan banyak yang menduga dia condong ke Prabowo.
Wacana Gibran menjadi calon wakil presiden untuk Prabowo memunculkan isu hengkang dari PDI Perjuangan yang telah mendudukkannya sebagai walikota. Tidak hanya itu, Golkar yang sebelumnya memutuskan Airlangga sebagai Capres atau setidaknya Cawapres kini muncul dengan keputusan baru: Gibran Cawapres Prabowo.
Keputusan ini potensial menimbulkan kekecewaan di tubuh beringin. Kenapa partai sebesar dan seberpengalaman Golkar bisa mengajukan posisi Cawapres kader partai lain? Ada apa dengan Golkar?
Saya melihat kisruh politik ini berpusat pada satu orang: Prabowo. Tokoh ini yang menjadi penyebab perilaku ganjil sejumlah elit politik. Tata krama politik telah dirusak.
Penghianatan demi penghianatan di internal partai terjadi. Rasa hormat kader pada keputusan partai menghilang. Para elit bermain kasar. Jangankan tunduk pada atau mendengarkan aspirasi arus bawah, marwah partai disepelekan.
Setelah hari ini, politik Indonesia di tingkat elit mungkin akan semakin kehilangan harga diri. Tak ada lagi respek antar-elit. Mengerikan.
SAIDIMAN AHMAD,
Makassar, 21 Oktober 2023
Sumber: wartaekonomi
Artikel Terkait
Prabowo Ambil Alih Tanggung Jawab Whoosh? Tunggu Dulu! Puan Mau Bongkar-bongkaran soal Keputusan di Era Jokowi
Respons Keras Said Didu saat Prabowo Sebut Bertanggung Jawab atas Whoosh: Presiden Cabut Taring Purbaya!
Prof Henri Balik Badan Kritik Jokowi: Anaknya Belum Siap, Direkayasa Dipaksakan jadi Wapres
Saut Situmorang: Luhut jadi Dewa Penyelesaian Kebusukan Whoosh