NARASIBARU.COM - Di awal kehadirannya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) seakan menjadi jawaban bagi kalangan yang sudah muak dengan keberadaan partai politik (parpol).
Di bawah kepemimpinan Grace Natalie, partai yang terbentuk pada 16 November 2014 ini mampu membangun akar politik yang baik, dengan gaya komunikasi khas anak muda. Sebagai partai anyar, laju perkembangan PSI sangat cepat, bahkan bisa lolos verifikasi pada Pemilu 2019 dengan mengalahkan elektabilitas beberapa partai terdahulu.
PSI awalnya bercita-cita mengembalikan politik ke tempat yang terhormat, anti dinasti politik dan memberikan panggung seluas-luasnya bagi kalangan anak muda. Namun, sejak berada di bawah kepemimpinan Ketua Umum (Ketum) Giring Ganesha, PSI berubah.
Respons positif masyarakat yang selama ini menilai PSI sebagai harapan, kini berubah jadi cacian, lantaran partai berlambang bunga mawar ini kerap mencari sensasi belakangan ini.
Pakar politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam mengingatkan Giring untuk perlu merubah gaya berpolitiknya. Ia mengatakan sebagai seorang politikus, Giring belum menunjukkan karakter yang matang.
Pola komunikasi politik yang digunakan, sambung dia, masih cenderung berusaha menciptakan sensasi dan ledakan isu, dengan statement-statement kritis dan suara sumbang terhadap isu yang sedang menjadi perhatian.
“Jika Giring masih terus mengandalkan serangan-serangan politik yang basisnya kebencian dan asal beda kepada lawan politiknya , itu akan kontraproduktif,” kata Khoirul kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (26/5/2023).
Diketahui, Giring memang kerap menciptakan sensasi. Masih belum hilang dari ingatan saat ia melontarkan penyataan kontroversial dengan menyebut eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan Jakarta hingga melabeli Anies pembohong.
Tak sampai di situ, Giring juga kembali membuat sensasi dengan mendatangi lokasi sirkuit Formula E, Giring dalam vlog nya lebih mengarah pada black campaign (kampanye hitam) terhadap persiapan Formula E ketimbang mengungkap data secara ilmiah. Dalam video itu, Giring juga mengaku terperosok ke dalam lumpur sehingga perlu dibantu rekannya.
Giring kala itu tegas menyatakan bahwa gelaran balapan mobil balap berbasis listrik itu tak akan terlaksana. Tapi nyatanya, Formula E sukses diselenggarakan, tak seperti yang ia gembar-gemborkan.
Selain sensasi, di bawah kepemimpinan Giring, PSI tak lagi menjadi partai anak muda. Hal ini dibuktikan dengan direkrutnya sejumlah pesohor yang usianya tak terbilang muda lagi, dan didaftarkan sebagai bakal calon anggota legislatif PSI, mereka adalah presenter kondang Helmi Yahya, aktivis Ade Armando dan Irma Hutabarat.
PSI juga makin jauh dari ideologinya yang menentang politik dinasti. Secara terang-terangan mereka memajang baliho Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Depok. PSI ingin mengusung Kaesang menjadi wali kota dalam kontestasi Pilkada Depok 2024.
Selain Kaesang, PSI melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) miliknya, juga telah mengajukan uji materi ke Mahkamah Konsititusi (MK) ingin merubah batas minimal usia capres-cawapres dari 40 tahun menjadi 35 tahun. Disinyalir, langkah ini dilakukan untuk memuluskan langkah Gibran Rakabuming, putra sulung Presiden Jokowi untuk maju di kontestasi Pilpres 2024.
Artikel Terkait
Reaksi Jokowi Usai Tahu Logo Wajahnya Dibuang Ormas Projo
Soal Projo Merapat ke Gerindra, Pengamat Sebut Strategi Penyusupan Jokowi
Budi Arie Sama Saja Bunuh Diri Masuk Gerindra
Momen Prabowo Tanya Budi Arie, PSI atau Gerindra Kau?